Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Payah, Sejarah Kok Dihafal

Kompas.com - 29/05/2009, 16:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejarah adalah trade mark mata pelajaran hafalan, yang dari tahun ke tahun tidak berubah dengan sistem dan metode pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum.

Hal tersebut dikatakan oleh Ratna Hapsari, Ketua Umum Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), di sela workshop "Membangun Kesadaran Sejarah untuk Kebenaran dan Keadilan" di Jakarta, hari ini, Jumat (29/5). "Para siswa dibuat sibuk menghafal tanpa memperoleh esensi sejarah itu sendiri, di sisi lain buku-buku sejarah pun sudah dikenai sensor yang berlapis-lapis," ujar Ratna.

Ratna mengakui, di satu sisi bahan ajar akhirnya menjadi tidak berkualitas. Sebaliknya di sisi yang lain, SDM atau guru serta metode pengajarannya pun tidak mendukung.

"Saat ini guru bukan satu-satunya sumber belajar karena siswa bisa mendapatkannya di internet, film, atau koran. Guru cukup hanya sebagai fasilitator saja, dan itu dituntut kreativitas tinggi," tandas Ratna.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Sri Wuryani, guru sejarah dan juga peserta workshop dari SMAN 70, Jakarta. Sri mengatakan, materi pelajaran sejarah yang ada saat ini kering dan dangkal.

"Bisa saya rasakan bahwa hal ini menyebabkan tidak adanya kebanggaan dan semangat bagi siswa mengenal dan bahkan memahami sejarah bangsanya sendiri," ujar Sri.

Senada dengan Sri, pernyataan Nani Asri Setyani, guru SMAN 6 Jakarta, pun demikian. Nani mengakui, selama ini rata-rata guru hanya menerima mentah-mentah kurikulum Depdiknas, padahal pengetahuan sejarah terus berkembang.

"Hal itu membuat guru kurang memicu pemahaman dan perkembangan berpikir para siswa tentang sejarah," ujar Nani. Untuk itulah, yang paling penting dikembangkan oleh guru sejarah saat ini adalah mengembangkan potensi mengajarnya ke siswa. 

"Perkembangan teknologi dan media massa mestinya bisa dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber pengajaran selain buku. Dengan perkembangan itu, mind set para guru harus diubah agar lebih kreatif menemukan formula mengajar yang tepat," ujar Nani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com