JAKARTA, KOMPAS.com — Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) mengatakan, banyak tenaga pustakawan di perpustakaan sekolah saat ini bukan berlatar belakang lulusan perpustakaan.
Pendapat tersebut dilontarkan oleh Muhammad Ihsanudin, Ketua ATPUSI, di Jakarta, Jumat (19/6). Hal itu terjadi, lanjut Ihsanudin, karena kurangnya kepedulian pihak sekolah terhadap perpustakaan sekolah.
"Banyak sekali tenaga perpustakaan hanya diambil dari orang tata usaha, bahkan untuk menjaga perpustakaannya dilakukan oleh tukang sapunya saja," katanya.
Menurut Ihsanudin, saat ini pihak sekolah kurang memandang keberadaan tenaga pustaka. Ia menyebut ketidakpedulian sekolah itu menyebabkan tenaga pustaka bisa dibayar sekadarnya.
"Bayangkan saja, ada tenaga pustaka yang dibayar per bulan hanya sekitar Rp 100.000 sampai Rp 250.000," katanya.
Kurangnya kepedulian tersebut menggerakkan ATPUSI untuk menggandeng berbagai pihak agar sekolah lebih peduli terhadap tenaga pustaka.
"Kami berkolaborasi dengan asosiasi guru, asosiasi perpustakaan dan berbagai pihak terkait agar ada kesadaran khususnya dari pihak sekolah untuk memperhatikan tenaga pustakanya," katanya.
Sampai saat ini, menurut Ihsanudin, ada sekitar 2.250 perpustakaan sekolah di seluruh Indonesia. Namun, dari jumlah itu hanya ada 1.600 yang dianggap sebagai perpustakaan yang baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.