YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Merebaknya kasus ijazah palsu menyebabkan sejumlah perguruan tinggi memperketat pengamanan, bahkan melakukan pengamanan berganda. Pengamanan ini dalam bentuk fisik ijazah atau prosedur penerbitannya.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno mengatakan bahwa saat ini UAD menggunakan sembilan level pengaman dalam ijazahnya. Penggunaan pengaman berlapis ini diterapkan setelah pihak perguruan tinggi menemukan selembar ijazah palsu atas nama UAD sekitar setahun lalu. ”Ijazah diketahui palsu saat akan dilegalisir oleh pemiliknya,” ujarnya di Yogyakarta, Senin (24/8).
Sembilan pengaman itu di antaranya terdiri atas hologram yang membentuk logo UAD dan missing font yang tercetak di latar belakang. Missing font adalah kode huruf di latar belakang ijazah yang secara acak akan tidak muncul atau terbalik saat dicetak. Selain itu, UAD juga menggunakan antipenggandaan (anti-copy) sehingga ijazah hasil fotokopi akan secara otomatis memunculkan tulisan ”copy” pada latar belakang.
Kasiyarno mengatakan, meskipun biayanya mahal, metode tersebut tetap akan diterapkan dan kemungkinan akan ditambah pada masa depan. Hal ini karena pengamanan berganda dinilai cukup efektif dalam mencegah praktik pemalsuan. ”Sejak kami menerapkannya, belum ada lagi temuan ijazah palsu,” katanya.
Sementara itu, Universitas Islam Indonesia (UII) menggunakan sejumlah kode rahasia dan hologram di ijazahnya. ”Ini sudah kami terapkan bertahun-tahun yang lalu,” kata Rektor UII Edy Suandi Hamid.
Selain kewaspadaan perguruan tinggi, tutur Edy, kewaspadaan masyarakat juga sangat diperlukan untuk mencegah penipuan dengan ijazah palsu. Perusahaan atau pihak pengguna lulusan perguruan tinggi diimbau untuk tidak ragu memeriksa keaslian ijazah yang diterimanya.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan langsung kepada perguruan tinggi bersangkutan. Data lulusan perguruan tinggi di Indonesia juga bisa diakses di situs internet www.evaluasi.or.id untuk mencocokkan data.
Edy yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia itu mengatakan, fenomena pemalsuan ijazah palsu mencerminkan pandangan sebagian besar masyarakat yang masih mengutamakan ijazah daripada kompetensi.
Nomor induk mahasiswa
Secara terpisah, pemerintah berencana menerbitkan nomor induk mahasiswa secara nasional. Nomor unik tersebut antara lain untuk menghindari terjadinya pemalsuan ijazah dan merapikan data mahasiswa.
Hal itu dikemukakan Direktur Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Illah Sailah ketika dimintai keterangannya mengenai kasus-kasus pemalsuan ijazah.
Penerbitan nomor induk mahasiswa nasional tersebut direncanakan tahun depan setelah pembenahan sistem informasi di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dengan adanya nomor induk tersebut, seorang mahasiswa hanya akan mempunyai satu nomor induk secara nasional dan ada rekam jejaknya.
Illah meminta masyarakat waspada dengan beredarnya ijazah-ijazah palsu tersebut. Untuk memeriksa kebenaran ijazah, dapat menelusuri data mahasiswa. Salah satu cara adalah dengan mengecek melalui data Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri yang dapat diakses melalui www.evaluasi.or.id. (IRE/INE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.