JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi para guru di kota besar, mengajar bukanlah masalah besar karena banyaknya kemudahan sarana dan prasarana. Namun, bagi guru-guru di pedalaman dan jauh dari pusat kota, mereka mengalami banyak kendala untuk meningkatkan kualitas pengajarannya.
Pendapat tersebut dilontarkan Kepala Komunikasi Tanoto Foundation (TF) Erista Indrawati terkait rencana TF menggelar 'Lokakarya Angkatan V Tahap II-Program Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)' di Tarakan, Kalimantan Timur, jelang akhir 2009.
"Lokakarya khusus untuk meningkatkan kapasitas guru dalam mengembangkan dan menyusun perencanaan mengajar secara mandiri. Harapannya, agar para guru di daerah terpencil itu tidak selalu tergantung dengan fasilitas," ujar Erista, di acara buka bersama dan presentasi rencana tersebut di Jakarta, Kamis (10/9).
Dia mencontohkan, konsep yang diterapkan sangat meminimalkan fasilitas belajar-mengajar seperti di kota-kota besar. Semua yang tersedia di alam sekitar dan lingkungan sekolah, lanjut Erista, harus bisa mereka manfaatkan sebagai media pembelajaran.
"Contoh paling mudah adalah penggunaan biji sawit yang dijadikan sebagai alat pembelajaran matematika, yaitu untuk mengajari para siswa berhitung," ujarnya tentang manfaat biji pohon yang paling banyak ditemui di Tarakan tersebut.
Sampai tahun ini, lokakarya TF ini sudah memiliki anggota sebanyak 225 guru dan kepala sekolah. Pada pelaksanaannya yang kelima kali ini, lokakarya TF diikuti oleh 46 perserta terdiri guru dan kepala sekolah.
"Tiap sekolah mengirimkan sepasang utusan, karena tidak cukup kalau hanya guru yang akan menerapkan metode pengajarannya, melainkan juga kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan yang harus mendukungnya," tukas Erista.
Jalur Sungai
Menurut Erista, lokakarya TF terbagi tiga tahapan, yaitu workshop, kunjungan sekolah, dan presentasi. Ketiganya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai target yang diinginkan.
"Pada tahap workshop para guru akan belajar membuat rencana pengajarannya atau action plan, kemudian di tahap kedua TF akan mengunjungi mereka untuk membuktikan rencana tersebut diterapkan atau tidak," tutur Erista.
Pada tahap ketiga, para guru dan kepala sekolah peserta lokakarya itu akan diundang untuk mempresentasikan kedua tahapan tadi kepada TF. Saat ini, lanjut Erista, lokakarya sudah memasuki tahap kedua atau tahap kunjungan, yang rencananya digelar pada Oktober 2009 mendatang.
Wilayah-wilayah sekolah yang akan dikunjungi tersebut, tambah Ersita, terletak jauh di luar kota Tarakan. Rute yang akan ditempuh dimulai dari tiga wilayah, yaitu Tidung Pala, Mensalong, dan Pembeliangan.
"Jarak tempuh dari tiga wilayah tersebut ke masing-masing sekolah serta perpindahan antar sekolah melalui jalan darat memerlukan waktu sekitar 15 sampai 90 menit. Dan tidak semua bisa melalui jalan darat, karena ada wilayah sekolah yang harus melalui jalur sungai yang memerlukan waktu kurang lebih 1.5 jam," ujar Erista.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.