Wahyu juga menjawab senada. Dengan kuliah sore, maka pagi hingga siang dirinya bisa menjaga toko konter pulsanya. Tentang kuliahnya, Wahyu bercita-cita mendapat pekerjaan yang lebih bagus dengan ijazah di tangan. Ketika ditanya bagaimana kualitas perkuliahan di UGK, Wahyu menjawab sudah lumayan bagus. Jarang ada kuliah dan praktikum yang bolong. Itu cukup melegakannya.
"Kalau ditanya apa saya bangga kuliah di sini, jawabannya ya biasa saja. Saya nggak malu kok. Tapi memang, lebih bangga kan kalau kita lulusan kampus di Yogyakarta. Hanya saja, sekarang sarjana dapat ilmu tak hanya dari angka akademik saja, bukan? Lulusan kampus ternama juga bukan jaminan," ucap Wahyu.
Mahasiswa gigih bekerja
Tercatat, dari 250-an mahasiswa di 6 program studi di UGK saat ini, 60 persennya seperti Tati, yaitu bekerja sebagai karyawan. Sebanyak 40 persen lainnya adalah mahasiswa regular, yang umumnya lulusan SMA/SMK.
Rektor UGK Wahyu Purwanto mengakui, mau tak mau, perkuliahan di kampus yang salah satu pendirinya adalah almarhum mantan rektor UGM, Koesnadi Harjasoemantri, ini mesti menyesuaikan dengan kondisi mahasiswanya. Satu hal yang sulit ditolak adalah, jam kuliah ditaruh sore hari.
"Untuk bertanding secara akademik dengan kampus lain di Yogyakarta, UGK jelas kesulitan. Lha wong, kami masih bergelut dengan masalah administrasi. Yang bisa kami jual saat ini adalah UGK mengembleng mahasiswa agar ulet dan gigih bekerja," kata Wahyu Purwanto yang dilantik sebagai rektor akhir November lalu.
UGK memang masih tertatih-tatih merangkak, namun UGK bertekad terus maju. Bukan hal mustahil bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.