Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Penelitian Masih Sekadar Pengganti Uang Fotokopi

Kompas.com - 24/02/2010, 19:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam tataran ideal, membicarakan budaya riset dan penelitian tidak lepas dari daya dukungnya, yaitu pendanaan bagi kebutuhan riset yang tentu tidak sedikit. Inilah masalah klasik yang masih menjadi tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Demikian dikemukakan Kepala Biro Kemahasiswaan ITB Jaji S Satira di sela-sela jumpa pers kemenangan tim "BigBang" meraih Tanoto Student Research Award (TSRA) 2009 di Jakarta, Rabu (24/2/2010). Menurutnya, tantangan tersebut khususnya berlaku bagi ITB, dan umumnya seluruh kaum cendekiawan di perguruan-perguruan tinggi berbasis penelitian. 

"Setahun kami hanya diberikan Rp 350 juta dari ITB sendiri untuk mengembangkan penelitian-penelitian mahasiswanya. Jumlah itu tentu tidak cukup," ujar Jaji. 

Dia menuturkan, untuk mengakalinya, uang tersebut digunakan tidak seutuhnya untuk membiayai penelitian. Sejauh ini, Jaji menjadikan dana alokasi tersebut sebagai dana pendorong untuk menggelar penelitian awal seperti yang dilakukan oleh tim "BigBang" ITB saat menciptakan Moses atau Malaria Observation System and Endemic Surveillance, yaitu alat pemantau kasus kejadian penyakit endemik dengan studi kasus penyebaran penyakit malaria.

"Istilahnya, sekadar uang pengganti fotokopi, sisanya kadang uang dari mereka sendiri. Tetapi, dari dana pendorong inilah setidaknya kini banyak mahasiswa ITB terlecut berlomba-lomba melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah," tambah Jaji.

Jaji menambahkan, saat ini perjalanan tim "BigBang" ITB untuk menuntaskan penelitiannya masih panjang. Tentunya, kata dia, persoalan dana pun menjadi salah satu tantangan untuk menuntaskan perjalanan tim tersebut sebagai sebuah penelitian yang sempurna.

"Mereka adalah aset ITB dan bangsa sehingga kami harus memeliharanya, termasuk dengan cara menggandeng pihak-pihak luar ITB sekalipun," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau