Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Leiden Dia Berada

Kompas.com - 30/03/2010, 01:13 WIB

Padahal dia bercerita tentang masalah hak asasi manusia pada pembantu rumah tangga di indonesia. Kata Trey, Amnesty International mempertanyakan mengapa pembantu di Indonesia tidak mendapatkan hak yang sama dengan hak-hak buruh. Ketika diberi penjelasan bahwa pembantu di Indonesia lebih dianggap sebagai keluarga oleh majikannya mereka tetap tidak  mengerti. Baru ketika dijelaskan bahwa pembantu itu  memang sangat memerlukan uang sehingga mau digaji di bawah UMR dan memperkirakan bahwa jika pembantu itu harus digaji dengan standart UMR, mereka akan kehilangan pekerjaannya karena para majikan tidak sanggup menggaji mereka sesuai dengan standar UMR, baru mereka agak paham. ternyata masalah tenaga kerja di Indonesia adalah masalah perut yang tidak bisa diutak-atik sama urusan HAM.

Apapun yang diceritakan Trey pasti menarik bagiku. Dan Trey selalu menceritakan banyak hal. Tapi ternyata ada satu hal yang tidak diceritakan Trey kepadaku. Entah terlupa atau sengaja, aku tak pernah tahu.
 Hari-hari yang terlalui dengan cerita-cerita Trey di email tak dapat kupungkiri, telah membangkitkan kembali kekagumanku yang dulu. Dan entahlah sejak kapan pastinya, diam-diam aku pun mulai mencintai Trey.  Bayangan Trey selalu ada dalam ingatanku, kemanapun aku pergi senyuman khas dan tatapan mata teduh itu seperti selalu mengikutiku.

Kapan kau akan kembali ke Indonesia, Trey? Tulisku waktu itu.

Mungkin awal tahun depan, balasnya. Waktu itu masih di awal tahun.
Bawakan aku tulip biru, tulisku lagi.
Ya, pasti kubawakan khusus untukmu, karena kau juga orang yang istimewa, balasnya lagi.
Dan berbunga-bungalah hatiku. Tak sabar rasanya menunggu awal tahun depan. Trey akan kembali untukku. Hari-hari sepiku akan hilang dan berganti dengan kehadiran Trey. Tak apalah menunggu setahun lagi. Aku masih bisa berhubungan lewat email.

Tapi ternyata tak perlu aku menunggu hingga setahun.

Cerita itu kudapat dari seorang sahabatku. Cerita yang belum pernah kudapatkan dari Trey. Kuceritakanlah padanya tentang perasaanku pada Trey, tentang Trey yang akan pulang dan membawa Tulip biru untukku di awal tahun depan.  Sahabatku menatapku tak percaya waktu itu, aku heran dan tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti itu.  Apakah dia juga mencintai Trey?

"Trey sudah punya istri, Din. Bahkan dia sudah punya seorang anak. Apakah kamu mau menerima bunga yang seharusnya buat istrinya? Kamu mau jadi perempuan kedua dalam rumah tangga mereka?"

Aku tak percaya. Lalu kutanyakan kebenarannya pada Trey, dan dia menjawab.
Kamu tidak pernah bertanya. Aku memang sudah punya istri dan seorang anak. Dan aku sangat mencintai mereka. Tapi jika kau mau, aku bisa menyediakan sedikit tempat di hatiku untukmu, tulis Trey waktu itu.

Aku marah sekali. Aku merasa dibohongi selama ini. Hatiku sakit dan perih. Impian dan harapan yang sempat kubangun runtuh dan hancur tak bersisa. Tak pernah kubayangkan akan menjadi perempuan kedua dalam sebuah cinta yang telah terbingkai indah. Aku tidak mau, aku tidak ingin. Aku tidak mau menyakiti hati perempuan mana pun.

Aku tidak butuh tempat di hatimu. Lupakan saja semuanya, balasku waktu itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com