Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan dan Kekerasan di Sekolah

Kompas.com - 01/04/2010, 03:23 WIB

Tanpa adanya legitimasi yang dijadikan dasar pembenaran dari tindakan itu, kekerasan sulit untuk terjadi. Dalam konteks kekerasan pada murid sekolah, stereotip yang dihidupkan pasti seputar tingkah laku adik kelasnya yang dinilai sok tahu, sombong, tak sopan, melawan, tak mau diatur oleh kakak kelas.

Dengan alasan itulah, kakak kelas merasa punya legitimasi ”mengajari” adik kelasnya. Dengan cara ”mengajari” ini, kelak diharapkan si adik bisa tunduk. Jika tidak tunduk, yang terjadi lebih gawat lagi. Itulah ciri kekerasan ketiga, yaitu meningkatnya bentuk kekerasan.

Jika sebelumnya hanya dalam bentuk hinaan verbal, lama kelamaan baik bentuk maupun frekuensinya akan meningkat. Tak heran anak-anak perempuan sebagai pelaku meningkatkan bentuk kekerasannya dari verbal menjadi fisik seperti yang kita lihat di media televisi. Karena perempuan juga meniru kekerasan yang dilakukan abang-abangnya seperti yang dilakukan siswa senior IPDN, mereka pun meniru model kekerasan para lelaki itu, seperti menampar dan menendang.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Dari analisis jender sudah lama sebetulnya ditawarkan agar model pendidikan dan pengasuhan lebih mengutamakan hubungan-hubungan yang didasarkan pada karakter feminin, misalnya mengembangkan kasih sayang daripada menerapkan disiplin gaya maskulin yang didasari karakter keras, melindungi dan bukan menguji nyali, mengutamakan kebersamaan, dan saling mendukung bukan saling bersaing.

Selain itu, kita juga harus bisa memutus rantai kekerasan tersebut dengan menghilangkan faktor-faktor yang membuat anak-anak menjadi frustrasi atau agresif. Mereka terlalu jenuh melihat orang-orang dewasa yang saling membunuh dalam peperangan atau konflik, mereka jijik melihat pertengkaran di parlemen atau partai. Intinya adalah mereka membutuhkan teladan dan bukan hukuman dengan pemecatan. Sebab, pemecatan tak akan menyelesaikan masalah, melainkan hanya memindahkan masalah. Sementara akar masalah yang sebenarnya tak benar-benar diatasi.

Nunung Sulastri Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak ABA 26 Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com