BANDUNG, KOMPAS.com — Ke depan, untuk mencegah terjadinya plagiarisme, para pembuat keputusan dan akademisi ITB harus lebih menekankan pendekatan-pendekatan individu yang konvensional berupa pendekatan persuasif terhadap mahasiswa yang akan membuat skripsi atau makalah, apalagi yang akan menuangkannya di jurnal internasional.
Demikian diungkapkan Freddy P Zen, Sekjen Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), terkait kasus plagiat yang dilakukan oleh MZ dalam Notice of Violation of IEEE Publication Principles di situs IEEE pada 11 November 2008 lalu.
Freddy, yang juga seorang Guru Besar Fisika ITB ini, mengatakan, selaku dosen pembimbing mahasiswa S-1 dan S-3, dirinya lebih memercayai cara-cara tersebut untuk dijadikan jalan keluar ketimbang menyiapkan software pendeteksi plagiarisme.
"Senat akademik sudah mengeluarkan etika membuat makalah dan menulis di jurnal, maka sebagai pembimbing sudah semestinya kita bisa mengecek mahasiswa kita. Kita harus banyak berdiskusi dengan mahasiswa, kalau perlu, tes mahasiswanya untuk melakukan presentasi berdua," tegas Freddy.
Dengan cara itulah, kata dia, kualitas mahasiswa menguasai content sangat teruji dan tidak bisa berbohong sama sekali. "Tren kita (ITB) di jurnal internasional meningkat, akibatnya ada orang yang tidak sabar ingin naik gengsi atau dikenal, itulah yang menyebabkan terjadi kasus plagiat," ujar Freddy.
Sebetulnya, lanjut dia, jika dosen pembimbing sudah membina budaya akademik pada mahasiswanya, tidak akan ada masalah plagiat di ITB. Mekanisme check dan recheck harus berjalan antara dosen pembimbing dan mahasiswanya.
"Dosen pembimbing itu harus punya waktu, harus rajin ngecek. Kalau tidak punya waktu dan tidak mau rajin, ya, jangan jadi dosen pembimbing," ujarnya.
Di mata Freddy, software hanya sebuah mesin. Buatnya, sebagai seorang akademis, hal itu hanya tambahan karena yang utama adalah mekanisme budaya akademis dan riset dalam laboratorium.
"Kalau budaya itu tumbuh dengan baik, insya Allah tidak ada masalah plagiat lagi di ITB. Terus terang, ini pertama kali terjadi di ITB," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.