Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merealisasikan Pendidikan Karakter

Kompas.com - 16/10/2010, 16:11 WIB

Karakter dapat diolah melalui berbagai aktivitas yang didasari dengan sikap moral yang benar. Siswa pertama kali dapat dilatih untuk disiplin. Disiplin diri adalah kunci pertama untuk mengatur mekanisme pribadi. Apabila setiap pribadi mampu mengolah dan mengatur dirinya, ia akan membentuk manajemen diri sehingga siswa mampu menghargai waktu.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah melatih kejujuran. Kejujuran sering diucapkan tetapi sulit dilakukan. Kejujuran tidak muncul dan tumbuh secara alamiah mengingat salah satu sifat manusia adalah egois. Berlaku jujur harus dilatih dan diawasi secara ketat. Hal ini memberikan keuntungan ganda yaitu pembentukan pribadi yang jujur dan melatih siswa melakukan kontrol sosial.

Hal ketiga adalah memberikan ruang ekspresi yang cukup. Siswa harus diberikan kesempatan sebanyak mungkin untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini penting untuk penyaluran emosional. Aktivitas belajar di kelas dengan jadwal yang ketat membuat siswa menjadi lemah kreasi. Kebiasaan nongkrong di luar sekolah terjadi karena tidak ada ruang ekspresi bagi siswa di sekolah.

Anggapan yang muncul bahwa sekolah favorit adalah sekolah dengan kemampuan kognitif tinggi tidak sepenuhnya benar. Kognitif tinggi tanpa disertai karakter yang baik akan menghasilkan siswa dalam "cangkang-cangkang akademis "yang minus nurani. Saluran emosional sangat penting dalam ranah pendidikan karakter. Jika sekolah sebagai lembaga pendidikan mampu menyeimbangkan hal tersebut, fenomena remaja nongkrong mungkin dapat berkurang karena sekolah telah memberikan ruang bagi mereka. Keuntungan lain dari ekspresi adalah mampu menghargai perbedaan orang lain atau kultur lain tanpa harus mengerutkan dahi.

Melatih siswa berpikir kritis sangat penting adalah bagian selanjutnya. Berpikir kritis akan menghasilkan sikap keberpihakan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi atau berdebat di kelas. Berpikir kritis dengan model debat untuk melatih siswa mampu mendengarkan argumen atau opini orang lain. Debat bukan melatih siswa asal berpendapat, tetapi memberi kesempatan saling mencermati.

Ranah terakhir adalah ranah empati. Karakter harus mampu mencerminkan sikap empati. Sikap inilah yang akan mewarnai kehidupan setiap siswa. Siswa harus dilatih untuk mengerti keadaan orang lain secara utuh. Jika hal ini dapat dilatihkan kepada setiap individu siswa, sikap tolong-menolong, ramah, sopan, dan tata krama akan terwujud.

Perlu kiranya pendidikan karakter segera direalisasikan dengan paradigma humanis, bukan akademis semata. Pendidikan karakter bukan pelajaran yang harus dites dan dinilai dengan angka atau huruf mutu, tapi lebih ditekankan pada latihan terintegrasi dengan setiap aktivitas sekolah.

IG KINGKIN TEJA ANGKASA Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com