Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusat Riset Butuh Dukungan Regulasi

Kompas.com - 19/12/2010, 23:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ilmuwan-ilmuwan Indonesia tengah merintis pendirian pusat riset neurosains bernama Indonesia Neuroscience Research Institute (INRI). Pusat riset tersebut akan melakukan penelitian untuk mengatasi penyakit-penyakit degeneratif seperti stroke, jantung dan sebagainya.

INRI ditargetkan bakal menjadi pusat riset neurosains terbaik di Asia Tenggara. Pusat riset ini akan terintegrasi dengan rumah sakit dan universitas, mewujudkan pengobatan penyakit neurosains yang berdasarkan riset.

Namun, untuk mewujudkan impian tersebut tidak segampang membalik telapak tangan. Peran pemerintah tetap dituntut untuk menyukseskan pendirian pusat riset semacam itu.

"Berjalannya pusat riset ini akan bergantung pada regulasi dari pemerintah," kata Irawan Satriotomo, MD, PhD. di sela-sela International Summit 2010 Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, 16-18 Desember 2010 di Jakarta. Ilmuwan asal Indonesia yang kini berkiprah di University of Wisconsin, Madison Amerika Serikat itu adalah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan konsep pusat riset tersebut bersama Prof Yohanes Surya.

Regulasi yang dimaksudkan terkait dengan keleluasaan bagi peneliti untuk melakukan riset, misalnya dalam penelitian sel punca. "Misalnya dalam riset sel punca, apakah diperbolehkan jika kita melakukan percobaan tertentu di Indonesia," kata ilmuwan yang berhasil mendapatkan grant dari Departemen Pertahanan AS terkait riset tentang spinal chords injury atau cedera sumsum tulang belakang.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan,"Kita butuh support ya. Misalnya dalam hal fasilitas sehingga institut yang masih muda dan akan didirikan ini bisa bersaing dengan institut lain yang telah mapan di luar negeri. Kita tidak akan maju kalau tidak ada dukungan."

Berbagai tantangan akan dihadapi dalam pendirian pusat riset ini. Masalah sumber daya manusia menurut Irawan merupakan masalah yang paling utama. Jika sumber daya yang ada tak memiliki kualifikasi yang baik, maka riset akan sulit dilakukan.

Oleh karena itu, hingga saat ini Irawan tengah berusaha mengumpulkan sumber daya manusia yang dibidik bisa mengelola pusat riset ini. "Saya bersama Yohanes Surya telah punya list beberapa nama dan nanti akan coba kita kontak," paparnya.

Rencananya, pusat riset ini nantinya akan membuat kemitraan dengan beberapa pihak di luar negeri, seperti dengan University of Wisconsin tempat Irawan bekerja, juga dengan beberapa rumah sakit di Amerika Serikat serta perguruan tinggi. Di dalam negeri sendiri, kemitraan akan dibangun dengan industri dan universitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau