Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deni Menghitung Populasi Komodo

Kompas.com - 07/01/2011, 03:31 WIB

”Pemantauan itu harus dilakukan berkelanjutan karena ini menyangkut aset bangsa. Saya bermimpi suatu waktu kita melakukan kegiatan itu secara mandiri. Sebenarnya kita mampu, namun kepentok pada keterbatasan sistem dan tidak adanya anggaran,” kata Deni.

Pekerjaan Deni membutuhkan kesiapan fisik dan mental, serta daya tahan luar biasa. Lalu apa yang mendasari semua itu terlaksana? ”Panggilan,” jawabannya. ”Ini sesuatu yang langka, baik dari obyek penelitian, tempat, hingga kesempatannya. Lebih dari itu, ini ada dan milik Indonesia.”

Saat memantau, Deni harus berjalan jauh, minimal 6-20 kilometer setiap hari. Ia harus membawa perangkap yang beratnya minimal 10 kilogram, belum termasuk daging (umumnya daging kambing/sapi busuk) untuk umpan komodo, dan perbekalan lain.

Deni sudah menangkap 1.000 komodo untuk dijadikan obyek penelitiannya. Salah satu yang terbesar adalah komodo berbobot 100 kilogram, dengan panjang 3,8 meter dan lingkar ekor 68 cm. Ia bersyukur tidak pernah mengalami cedera berat dalam melakukan tugasnya. ”Jangan sampai tergigit, cuma pernah sekali luka sedikit karena tertancap kukunya,” kata dia.

Deni menggunakan metode terbaru penelitian, multiple macri capture, yang mengombinasikan data terbaru dengan data sebelumnya untuk melihat populasi teranyar komodo. Penyempurnaan metode-metode itu harus dilakukan, mengingat komodo adalah hewan liar dengan cakupan tersebar di TNK yang luasnya mencapai 40.728 hektar dan perairan laut 132.572 hektar.

Sebelum tahun 2003, Deni masih menggunakan metode ekstrapolasi untuk mendapatkan data populasi komodo. Metode itu menggunakan cara menggantungkan umpan di titik-titik tertentu, untuk menghitung jumlah komodo yang terlihat di suatu waktu tertentu. Ternyata akurasi metode ini rendah.

Oleh karena itu, mulai tahun 2003, metodenya diganti dengan cara menangkap, menandai, dan melepas kembali. Kelebihan metode ini adalah tidak terjadi pengulangan, sekaligus diketahui tingkat pertumbuhannya. Dari metode itulah kemudian dikembangkan metode multiple macri capture.

Deni masih berusaha merampungkan penelitian populasi terakhir yang dilakukan mulai tahun 2009. Data 2008 lalu menunjukkan, populasi komodo di tiga pulau terbesar, yaitu Pulau Komodo (33.937 hektar, populasi komodo diperkirakan 1.200 ekor), Pulau Rinca (19.627 hektar, 1.100 ekor), dan Pulau Padar (2.017 hektar, diduga sudah tak dihuni komodo). Selain itu, pulau kecil, Pulau Gili Motang, masih dihuni komodo sekitar 100 ekor.

Di tengah optimisme terhadap kepariwisataan TNK, Deni mengakui adanya kerentanan kawasan itu, komodo dan habitatnya, termasuk pengaruh fenomena perubahan iklim. Karena itu, dia menentang setiap upaya pemindahan komodo. Salah satunya yang pernah diwacanakan adalah pemindahan beberapa komodo dari Wae Wuul, Flores, ke Bali dengan alasan pemurnian genetik.

”Jangan sampai dipindah, lebih baik merawat dan mempertahankannya di habitat asli. Populasi sudah semakin sedikit,” kata Deni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com