Oleh Gigih Prastowo
MANADO, KOMPAS.com - Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang dikelola oleh Dikmenum (Direktorat Pendidikan Umum) Kementrian Pendidikan Nasional pada 2011 ini akan diadakan di Manado, Sulawesi Utara. Menilik sangat suksesnya penyelenggaraan OSN selama ini sebagai sebuah event kompetisi siswa SMA di seluruh Indonesia, saya sebagai siswa SMK sering merasa iri mendengar berbagai macam cerita kawan-kawan yang berkompetisi di OSN, khususnya di ilmu ekonomi.
Tentu saja iri. Saya melihat, betapa mereka bebas mengaktualisasikan diri tanpa perlu melihat asal almamater sekolahnya (SMA). Para peserta OSN itu disaring melalui sebuah tes di daerah secara transparan. Dari bidang ilmu ekonomi saja, tahun lalu ada 140 siswa yang terjaring masuk sebagai peserta OSN bidang ekonomi.
Mereka lalu bersaing. Namun, setelah kompetisi berakhir mereka bak sebuah keluarga yang memiliki satu tujuan hidup dalam ilmu ekonomi. Mereka selalu berbagi informasi tentang berbagai macam kompetisi ekonomi di manapun adanya.
Canda tawa mereka dalam sebuah komunitas pun selalu terlihat hangat. Terlebih, ketika ada sebuah kompetisi ekonomi yang kembali mempertemukan mereka. Aroma kompetisi sangat terasa, walau tak pernah melunturkan suasana kekeluargaannya.
Hal itu sangat berbeda dengan penyelenggaraan Olimpiade Sains Terapan Nasional (OSTN) yang dikelola oleh Dikmenjur (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan) Kementrian Pendidikan Nasional, yaitu sebuah OSN untuk siswa SMK. OSTN tahun lalu yang dilaksanakan di Semarang saja hanya diikuti oleh sekolah-sekolah berlabel Sekolah Berstandar Internasional/Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (SBI/RSBI). Sementara SMK yang belum memenuhi kriteria itu, “please stop!”. Artinya, tidak bisa ikut.
Begitu diskriminatifnya OSTN? Apakah para pejabat di kalangan atas direktorat SMK berpikir, bahwa siswa/i SMK bukan SBI/RSBI tak punya kualitas bersaing yang tinggi?
Kalau pun memang demikian, apakah mereka berpikir menutup kesempatan berkompetisi bagi siswa/i SMK non-SBI/RSBI akan membuat siswa/i “terbelakang” itu akan mempunyai "greget" dalam pengembangan diri? Apakah itu tidak satu arti dengan membunuh cita-cita anak-anak yang diamanatkan rakyat kepadanya?
Ayolah para pengelola pendidikan yang mengabdikan dirinya mendidik anak-anak SMK! Selaku murid SMK non-SBI/RSBI, saya masih punya cita-cita di OSTN 4 di 2011 ini. Saya dan siswa SMK lainnya berharap tidak lagi kecewa tahun ini. Saya yakin, para penguasa belum tertutup hatinya untuk tidak membuat buat OSTN 2011 ini dikriminatif!
Penulis adalah siswa SMK PGRI 1 Sentolo, Manado
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.