Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Undangan dan Rasa Ketidakadilan

Kompas.com - 14/02/2011, 17:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan di Education Forum, Elin Driana, menilai bahwa Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan masih terlalu diskriminatif. Besarnya porsi untuk jalur undangan hanya untuk sekolah-sekolah tertentu, terutama hanya sekolah terakreditasi A, B, dan C, telah memberikan rasa ketidakadilan.

"Kenapa sih tidak dibuka semuanya lewat SNMPTN? Kalau begini, yang saya khawatirkan adalah biaya kuliah tetap dibebankan ke mahasiswa. Kalau sudah begitu, ya, cuma golongan tertentu saja yang bisa bayar," ujar Elin kepada Kompas.com, Senin (14/2/2011).

"Kita lihat sendiri, profil siswa di sekolah-sekolah yang akreditasinya bagus seperti A dan B, atau sekolah favorit, itu kan sekolah-sekolah yang orangtuanya dari kalangan menengah atas secara ekonomi," tegas Elin.

Penuturan guru bimbingan konseling (BK) SMAN RSBI 12 Jakarta Utara, Dwi Daryani, setidaknya juga membuktikan hal tersebut. Ia mengatakan, untuk bisa ikut SNMPTN jalur undangan, siswa harus masuk dalam peringkat kelas yang dihitung sejak semester lima. Untuk itu, saat ini pihaknya sedang melakukan tahap memasukkan data siswa.

"Nanti siswa dilacak prestasinya, bakan mulai dari semester satu. Hanya yang masuk sampai 30 besar di kelas yang boleh ikut jalur undangan," tambah Dwi.

Saat ini, selain ujian nasional (UN), sejumlah sekolah SMA memang tengah bersiap-siap menyambut SNMPTN. Di Kota Semarang misalnya, juga menyiapkan tim yang bertugas mengumpulkan data siswa yang akan diusulkan dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) jalur undangan.

"Kami sudah mengumpulkan data siswa yang akan didaftarkan, sejauh ini belum ada kendala dalam pendataan," kata Wakil Kepala SMA Negeri 7 Semarang, Neti Lestari, Jumat (4/2/2011) lalu.

Ia menuturkan, pihaknya tengah mendata siswa-siswa yang memiliki prestasi akademik yang dilihat dari nilai rapor, sekaligus menawarkan SNMPTN jalur undangan kepada siswa bersangkutan.

Sementara itu, menurut pengamatan Retno Listyarti, guru SMAN RSBI 13 Jakarta Utara, saat ini telah terjadi perubahan signifikan pada sistem seleksi mahasiswa baru PTN. Kuota mahasiswa baru PTN yang diberikan secara nasional dirasakan semakin hari semakin sempit, bahkan sifat penyeleksiannya semakin eksklusif dan diskriminatif.

"Dulu, bahkan tahun lalu saja, yang mau daftar itu tinggal berkoordinasi dengan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah dan langsung mendaftar. Kalau tahun ini diganti dengan surat undangan, rasanya tidak adil," ujar Retno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Ada 2 Cara Cek Hasil SKD CPNS 2024, Klik sscasn.bkn.go.id

Ada 2 Cara Cek Hasil SKD CPNS 2024, Klik sscasn.bkn.go.id

Edu
7 Negara Paling Populer untuk Kuliah di Luar Negeri dan Beasiswa Pilihannya

7 Negara Paling Populer untuk Kuliah di Luar Negeri dan Beasiswa Pilihannya

Edu
2 Alumni SMA Taruna Nusantara Jadi Dirut BUMN Garuda dan Pertamina

2 Alumni SMA Taruna Nusantara Jadi Dirut BUMN Garuda dan Pertamina

Edu
Sosok Dirut Pertamina Simon Aloysius, Lulusan SMA Taruna Nusantara dan ITB

Sosok Dirut Pertamina Simon Aloysius, Lulusan SMA Taruna Nusantara dan ITB

Edu
Bakal Ada Polisi Mengajar atau Relawan Mengajar, Ini Kata Mendikdasmen

Bakal Ada Polisi Mengajar atau Relawan Mengajar, Ini Kata Mendikdasmen

Edu
Mendikdasmen Sebut Program Makan Bergizi Gratis Bagian dari Pendidikan Karakter

Mendikdasmen Sebut Program Makan Bergizi Gratis Bagian dari Pendidikan Karakter

Edu
Dulu Pilot Kini Dirut Garuda, Sosok Wamildan Tsani Lulusan SMA Taruna Nusantara dan AAU

Dulu Pilot Kini Dirut Garuda, Sosok Wamildan Tsani Lulusan SMA Taruna Nusantara dan AAU

Edu
Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

Cerita Novika, Alumnus UGM Jadi Penyuluh Pertanian di Daerah 3T

Edu
Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

Kisah Pak Theo, Guru yang Mengajar Anak Suku Moskona di Teluk Bintuni, Papua Barat

Edu
Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus  dan AAU

Profil Wamildan Tsani Panjaitan, Dirut Baru Garuda yang Lulusan Tanus dan AAU

Edu
BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

BRIN Beri Beasiswa Program Degree By Research bagi S2-S3, Ada Bantuan UKT dan Riset

Edu
Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

Ubah Wajah Industri Jamu, Irwan Hidayat Raih Gelar Honoris Causa dari Unnes

Edu
“Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

“Pangan Kasih dari Hati ke Rasa”, Gerakan Solidaritas Orang Muda untuk Akses Pangan

Edu
Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

Inovasi Siswa SMAN 8 Purworejo, Bikin Lampu Otomatis hingga Buka Pintu dengan KTP

Edu
Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan 'Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025'

Perkuat Pendidikan Indonesia, Yasbil Luncurkan "Beasiswa Anak Teladan Indonesia 2025"

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau