Sebagai persentase dari jumlah total mahasiswa yang belajar di luar negeri, hanya 2 persen mahasiswa Australia menuju Indonesia, dibandingkan dengan persentase AS yang hanya 0,01 persen.
Pada 2008, sekitar 150 mahasiswa Australia menjalani program studi formal di Indonesia. Para mahasiswa itu melakukannya di bawah program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) dan program Endeavour Student Exchange yang keduanya didukung oleh Pemerintah Australia. Sebanyak 100 lainnya atau lebih berpartisipasi dalam short courses intensif.
Lebih miris lagi, semua mahasiswa itu belajar bahasa Indonesia di samping seni (tari, musik) dan kebudayaan. Secara keseluruhan, maka wajar untuk dikatakan bahwa Indonesia tertinggal dari tetangga-tetangganya dalam hal menarik mahasiswa internasional.
Secara khusus, jumlah besar mahasiswa AS yang belajar di luar negeri setiap tahun adalah pasar yang belum disentuh dan umumnya diabaikan oleh universitas-universitas di Indonesia. Fokus Indonesia masih berkisar pada dua tetangga dekatnya, yaitu Malaysia dan Timor Leste, dan pada mahasiswa-mahasiswa yang belajar sepanjang masa studinya di Indonesia.
Kini, tren global dari mobilitas mahasiswa internasional bergerak ke arah yang berlawanan. Pergerakan mahasiswa internasional didominasi oleh program-program studi jangka pendek di luar negeri. Maka, kira-kira apa yang dapat universitas-universitas di Indonesia lakukan?
Penulis adalah Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta antara 2005 dan 2010.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.