Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahar Dingin, Ujian yang Memprihatinkan

Kompas.com - 08/04/2011, 16:33 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com — Pelaksanaan ujian akhir sekolah di beberapa daerah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berbeda dengan tahun lalu, terutama di kawasan bencana banjir lahar dingin di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Suasana belajar dan ujian sangat tidak nyaman.

Banyak di antara para siswa yang sekarang masih tinggal di pengungsian karena rumahnya berada di kawasan bencana banjir lahar dingin. Bahkan, ada di antara mereka kini tak lagi mempunyai tempat tinggal karena rumahnya hanyut diterjang banjir lahar. Beberapa wilayah yang menjadi korban banjir lahar dingin itu antara lain Kecamatan Srumbung, Salam, Ngluwar, Mungkid, Muntilan, dan Sawangan.

Salah satu sekolah yang menjadi korban banjir lahar dingin ini adalah Sekolah Dasar Negeri Sirahan 01, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Gedung sekolah ini hanya berjarak sekitar 300 meter dari aliran Sungai Putih.

Gedung SD tersebut kondisinya cukup memprihatinkan karena terendam material lahar dingin berupa batu dan pasir setinggi 1 meter hingga 2 meter. Beberapa kali tanggul Sungai Putih di dusun tersebut jebol dan mengakibatkan puluhan rumah, termasuk gedung SD Sirahan 1, terendam material.

Mengingat bahaya banjir lahar masih mengancam, warga pun mengungsi di beberapa tempat pengungsian. Gedung SD tersebut akhirnya dikosongkan dan tidak digunakan lagi untuk kegiatan belajar-mengajar.

Dengan kondisi sekolah seperti itu, 10 siswa kelas VI SD Sirahan 01 terpaksa mengikuti ujian sekolah yang berlangsung pada 4-8 April 2011 itu di sebuah rumah penduduk. Mereka melakukan ujian sekolah di rumah milik Ny Endang di Dusun Purwosari, Desa Sirahan, yang berjarak sekitar 500 meter dari sekolah yang relatif aman dari jangkauan banjir lahar dingin. Meskipun para siswa mengerjakan soal ujian di rumah berlantai keramik dengan fasilitas meja dan kursi seperti di sekolah, mereka mengaku kurang nyaman.

Seorang siswa, Linda Nurul Alifa, yang kini mengungsi di Balai Desa Tersan Gede, mengatakan, dalam mengerjakan soal ujian kurang konsentrasi. Menurut dia, situasi belajar lebih nyaman di sekolah meskipun sebelumnya para siswa telah mengikuti kegiatan belajar-mengajar di rumah tersebut sejak Januari 2011 sejak sekolahnya diterjang banjir lahar dingin.

Ia mengaku kurang maksimal mempersiapkan diri menghadapi ujian. Saat mengikuti pembelajaran di rumah penduduk, ia juga mengaku sulit memahami penjelasan guru, apalagi dalam kondisi pengungsian yang tidak nyaman untuk belajar.

Siswa lainnya, Wahyu Anggraeni, juga mengungsi di TPA Tanjung, Muntilan. Ia mengaku susah untuk belajar di pengungsian, terutama pada malam hari. Kondisi pengungsian penuh dan berisik, serta panas sehingga sulit berkonsentrasi.

Prihatin

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com