Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Cuci Otak Tak Bisa Dikaitkan Terorisme

Kompas.com - 23/04/2011, 17:21 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Praktik perekrutan, pemberian pengaruh berdasarkan fanatisme keagamaan, dan berujung pemerasan uang yang memangsa keluarga korban hingga puluhan juta rupiah dinilai tidak terkait terorisme, apalagi ancaman peledakan bom. Meski berkedok agama, praktik sejenis multi level marketing tersebut hanyalah organisasi sekuler belaka dengan tujuan mendapat uang.

Demikian penilaian Mursidi, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang yang juga menjabat Pembantu Rektor II Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (23/4/2011).

Menurutnya, dengan rekam jejak selama ini dan sebagaimana terungkap di media massa, jelas sekali bahwa kegiatan intern para rekrutan itu dilakukan bersama dan di dalam organisasi. Kegiatan tersebut bukan untuk mematuhi suatu ajaran sebagaimana dinyatakan oleh mereka yang pernah berinteraksi dengan organisasi tersebut selama ini.

Sangat mudah untuk menemukan cara kerja para perekrut ini. Mereka mengambil sasaran, baik mahasiswa maupun orangtuanya, yang memiliki potensi atau mampu membayar uang puluhan juta rupiah.

Perekrutan tidak berlangsung terhadap mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi. Motivasi pun jelas, bukan untuk mencari anggota yang setia pada keyakinan tertentu.

"Bagi yang kritis pada ajaran mereka, jelas benar ujung dari perekrutan itu hanyalah pembentukan kesetiaan buta pada lembaga yang disebut NII, dan disusul setoran uang. Kewajiban membayar uang bahkan sampai membuat para mahasiswa yang direkrut itu berutang ke sana kemari," kata Humas UMM Nasrullah pada kesempatan yang sama.

UMM sudah menyerahkan seluruh hasil investigasi yang dilakukannya terhadap 15 mahasiswa UMM yang pernah direkrut pada 2008 dan 2010 kepada aparat Polres Malang. Kasatreskrim Polresta Malang AKP Anton Prasetyo menyatakan, pihaknya sudah mengumpulkan data dan melakukan pengejaran, termasuk ke rumah tempat berkumpul para rekrutan dan perekrut. Namun, tersangka belum didapat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com