Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersiaplah, Tak Bisa Modal Dengkul...

Kompas.com - 04/05/2011, 15:59 WIB

Agar tidak terkena homesick berat, sebaiknya sering berkomunikasi dengan orang yang dicintai di Tanah Air. Selain itu, sesegera mungkin berteman dengan sesama mahasiswa dari Indonesia. Ini akan meringankan rasa rindu kampung halaman dan "gegar budaya" karena masih sama budaya dan bahasanya. Bergabunglah dengan komunitas mahasiswa Indonesia. Mereka biasanya amat ringan tangan dalam membantu kita untuk lebih cepat mapan.

Masalah makan juga bisa bikin pusing. Beruntung bagi mereka yang sekolah di negara dan kota yang terdapat banyak restoran yang menyajikan makanan Indonesia atau Malaysia.

Namun, tidak mungkin jika setiap hari makan di restoran. Ada baiknya, bagi yang tidak bisa memasak, mulai belajar memasak yang minimalis sejak di Indonesia.

Tahap lanjutan

Tahap ini adalah tahap mulai kuliah. Perlu persiapan mental bahwa sistem studi di luar negeri agak berbeda dengan di Indonesia.

Pada umumnya, mahasiswa diharapkan lebih mandiri dalam belajar. Misalnya, saat di AS, saya selalu harus membaca buku teks sebelum masuk kelas. Di kelas, dosen tak akan menerangkan suatu teori dari A sampai Z. Dia hanya akan menjelaskan hal-hal yang penting dan memancing diskusi.

Di program MBA dan sejenisnya, bobot untuk nilai partisipasi kelas cukup tinggi. Ini memaksa kita untuk datang ke kelas dalam keadaan supersiap. Tugas-tugas di luar kelas juga amat banyak. Pendek kata, konsep belajar di luar negeri lebih ditekankan pada belajar aktif. Mahasiswa diharapkan beraktivitas seharian di lokasi kampus.

Setelah kelas, biasanya mereka akan mencari tempat untuk membaca buku teks ataupun mengerjakan tugas. Di tahapan ini kita bisa mencari teman untuk belajar dan mengerjakan tugas kelompok.

Saat kuliah di program S-2, saya berteman baik dengan seorang mahasiswa Korea yang tak hanya pandai, tetapi juga sangat rajin. Ini berpengaruh positif pada semangat dan pola belajar saya. Satu kata untuk kunci sukses: proaktif dan jangan menunda pekerjaan!

Penulis adalah akademisi di Prasetya Mulya Business School, Jakarta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com