”Sebaliknya, ada 40.218 sekolah dengan 3.140.664 siswa yang 100 persen siswanya lulus,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Rabu (1/6) di Jakarta. ”Ada peningkatan angka kelulusan tahun ini yakni sebesar 0,3 persen,” ujarnya.
Jumlah siswa tidak lulus terbanyak ada di Jawa Tengah, yakni sebanyak 4.823 siswa dari 505.393 peserta.
Menurut Nuh, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia 7,49. Nilai maksimum yang diraih siswa 9,90, sedangkan nilai terendah 0,80. ”Dibandingkan mata pelajaran lain, nilai rata-rata Bahasa Indonesia termasuk yang paling rendah,” kata Nuh.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramly menambahkan, rendahnya nilai pada mata pelajaran Bahasa Indonesia karena lemahnya kemampuan dalam membaca. Padahal, soal-soal Bahasa Indonesia umumnya diawali dengan soal bacaan.
”Mungkin karena terburu-buru waktu dan belum terbiasa membaca cepat. Apalagi jawaban dari soal-soal Bahasa Indonesia kalau tidak sempurna pemahamannya akan sulit memilih jawaban karena mirip-mirip,” kata Mansyur.
Meski demikian, kata Mansyur, pihaknya masih perlu memetakan alasan rendahnya nilai Bahasa Indonesia agar bisa dilakukan perbaikan materi soal, peningkatan kemampuan guru, atau perbaikan kurikulum.
Bagi 12 sekolah yang 100 persen siswanya tidak lulus UN, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas Suyanto mengatakan, kemungkinan sekolah-sekolah itu akan digabung dengan sekolah terdekat jika jumlah siswanya dinilai terlalu sedikit.
”Yang jelas tidak dibubarkan. Rasio guru dan siswa yang timpang secara pedagogik juga tidak baik,” ujarnya.