Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penuntasan Buta Aksara Perempuan Terhambat

Kompas.com - 22/06/2011, 04:55 WIB

Jakarta, Kompas - Upaya meningkatkan keaksaraan dan keterampilan/kecakapan hidup kaum perempuan dinilai semakin berat karena mayoritas mereka berasal dari kelompok marjinal di daerah-daerah terpencil dan terisolasi. Diperlukan peran aktif organisasi perempuan yang berdaya jangkau luas melalui kader-kader yang tersebar di sejumlah daerah.

”Keaksaraan perempuan yang ingin dikembangkan bukan hanya dalam hal baca, tulis, dan hitung semata, tetapi mampu menunjukkan keberdayaan perempuan secara sosial dan ekonomi,” ujar Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat membuka seminar internasional ”Peningkatan Keaksaraan Perempuan” bekerja sama dengan LSM-LSM perempuan di Jakarta, Selasa (21/6).

Mengutip pernyataan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova pada peringatan Hari Aksara Internasional di Abuja, Nigeria, tahun lalu, Nuh mengingatkan sekitar 70 persen (510 juta orang) buta aksara berada di negara-negara E9 (Banglades, Brasil, China, Mesir, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, dan Pakistan) dan dua pertiganya adalah perempuan.

”Penuntasan buta aksara perempuan merupakan investasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Nuh.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Hamid Muhammad menambahkan, penuntasan buta aksara juga kian sulit karena ada kecenderungan ”buta aksara kambuhan”. Hal tersebut terjadi karena minimnya buku-buku bacaan untuk memelihara keaksaraan dan tidak adanya pendampingan yang intensif dan tuntas.

”Kami bekerja sama dengan berbagai organisasi perempuan, seperti PKK, di tiap desa. Mereka diberi kewenangan membina sampai betul-betul bagus,” ujarnya.

Untuk itu, kata Hamid, pihaknya memberi bantuan block grant ke lembaga seperti lembaga PAUD sebesar Rp 10 juta hingga Rp 35 juta. Sementara bantuan untuk program binaan keaksaraan bergantung pada jumlah peserta didik. Untuk setiap peserta didik diberikan Rp 500.000 selama enam bulan.

Sebaran buta aksara

Direktur UNESCO Jakarta Hubert Gijzen juga mengingatkan, pada tahun 2008 terdapat 105 juta buta aksara dewasa di kawasan Asia Timur dan Pasifik dan 51 persen di antaranya perempuan. Sekitar tiga perempat dari jumlah buta aksara itu berada di China dan Indonesia.

Selama dua dekade terakhir, China dinilai berhasil mengurangi buta aksara sebanyak 94 juta orang. Sementara India dalam lima tahun terakhir telah menurunkan jumlah buta aksara hingga 70 juta orang, sedangkan Nepal hingga 7,6 juta orang (2009-2011).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com