Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bubur Bekatul Antar Mahasiswa UGM Juara di AS

Kompas.com - 23/06/2011, 17:53 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Bubur bekatul mengantarkan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi pemenang kedua dalam "Student Competition Institute of Food Technologi (IFT)" Amerika Serikat pada pertengahan Juni 2011. Tim UGM yang terdiri dari lima mahasiswa ini membuat produk makanan bagi anak balita yang mengalami anemia dengan bahan baku bekatul (dedak halus).

Kelima mahasiswa FTP UGM tersebut adalah Gaung Ranggatama, Afni Fitriana, Haritza Setya, Afelia Indriani, dan Aprilita Kusumawardani, mahasiswa semester 8 jurusan Teknologi Pangan Hasil Pertanian FTP UGM. Menurut Aprilita, November 2010 timnya mengirimkan proposal untuk mengikuti lomba tersebut ke tim IFT AS.

"Pada Februari 2011, kami memperoleh kabar bahwa proposal yang kami ajukan masuk ke final bersama 34 proposal lain sedunia," paparnya di Kampus UGM, Yogyakarta, Kamis (23/6/2011).

Sebagian besar peserta kegiatan tersebut, menurut Aprilita, adalah mahasiswa S-2 dan S-3. IFT sendiri memang mengadakan lomba tentang developing solution for developing country, yaitu penanganan masalah kesehatan terutama bagi anak-anak di negara berkembang di dunia. Berdasarkan tema tersebut, tim UGM melakukan riset tentang bagaimana mengatasi anemia (kekurangan darah) pada anak-anak balita (bayi di bawah usia lima tahun).

"Ini kita pilih karena berdasarkan laporan keehatan dari perkumpulan dokter, ternyata kasus anemia pada balita di Indonesia mencapai 27,7 persen per tahun. Artinya, diperkirakan ada 8 juta anak balita Indonesia setiap tahun kekurangan darah. Ini merupakan masalah serius sehingga kita ingin memberikan sumbangan bagi penyelesaian masalah tersebut," tambahnya.

Berbekal data itu, Aprilita dan kawan-kawan melakukan sejumlah riset dan akhirnya menemukan sebuah formulasi khusus yang merupakan perpaduan dari beberapa bahan makanan lokal Indonesia yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi bahan pangan yang siap saji bagi balita penderita anemia di Indonesia. Para mahasiswa UGM ini membuat campuran dari beras parboiled atau beras tidak ditampi bersih, kedelai, minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan gula hingga menjadi tepung siap saji. Menurut Aprilita, mereka memilih beras parboiled karena kandungan zat besi dalam beras tersebut 40 persen lebih tinggi dibandingkan beras biasa.

"Beras biasa, biasanya disosoh bersih hingga kulit arinya (ketam) hilang. Padahal itu mengandung zat besi tinggi. Tetapi, beras parboiled kulit arinya masih tersisa sedikit sehingga warnanya tidak putih tetapi agak kecoklatan," jelasnya.

Selain beras parboiled, pihaknya juga memilih kedelai varietas Grobogan karena varietas ini memiliki kadar protein 40 persen lebih tinggi dari kedelai lainnya. Beras parboiled ini dikukus terlebih dahulu, lalu dikeringkan. Setelah itu, digiling menjadi tepung. Sementara itu, kedelai direbus dan dibuat bubur kemudian dicampur tepung beras dan sedikit bekatul sedikit, serta dicampur dengan minyak kedelai, dan minyak sawit, gula dengan komposisi tertentu. Campuran ini, kata Aprilita, kemudian dikeringkan hingga membentuk padatan.

"Padatan ini kemudian kita hancurkan dan kita kemas, sehingga menjadi tepung siap saji bagi anak balita yang menderita anemia," tambahnya.

Menurut Gaung Ranggatama, kebutuhan zat besi setiap anak balita sebesar 8 miligram/hari. Tepung siap saji yang dibuat timnya tersebut mengandung 50 persen zat besi, 55 persen protein, dan 30 persen kalori untuk setiap 74 gram penyajian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com