Para guru beranggapan,
Kondisi mengenaskan SMA Amabi Oefeto adalah potret dari puluhan bahkan ratusan sekolah di NTT. Di desa sama, setidaknya ada dua SD bernasib serupa. SDN Too Batan, misalnya. Tiga dari enam ruang kelasnya mirip gubuk. Lantainya tanah, atap daun, dan dinding
Ada juga bangunan sekolah darurat, SDN Sufmuti. Pasangan bangku dan meja siswa, semua dari belahan papan kasar dan berkaki kayu bulat yang ditancapkan ke tanah.
Bupati Kupang Ayub Titu Eki pernah menyebut, setidaknya ada 38 sekolah dari 504 sekolah di daerah itu dengan bangunan darurat. ”Dengan dana alokasi umum sekitar Rp 200 miliar, sulit bagi kami langsung memperbaiki sekolah yang masih darurat itu,” katanya.
Pendidikan NTT sedang muram, setidaknya berdasarkan kelulusan UN tahun demi tahun. Kelulusan UN sekolah menengah tahun lalu, nilai rata-ratanya 5,4, terendah dari 34 provinsi di Indonesia.
Ketertinggalan pendidikan NTT bisa dilacak dari nilai UN murni tahun 2011. Di tingkat SMA, nilai UN murni IPA 6,72, jauh di bawah rata-rata nasional yang 8,01. Untuk IPS, rata-rata NTT 5,95 (nasional 7,33). Tingkat SMP, nilai UN murni NTT 6,33 (nasional 7,34), sedangkan SMK 5,66, jauh dari rata-rata nasional 7,45. Butuh perhatian dan kebijakan khusus mengatasi ketertinggalan pendidikan di NTT.