"Semua biayanya ditanggung siswa. Karena itu, program ini hanya untuk siswa yang mau saja," kata Firman.
Demikian juga dengan tes bersertifikat internasional, sekolah tidak memaksa. Firman mengakui, masih sedikit siswa yang ikut tes bersertifikat internasional karena biayanya mahal, yaitu sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta tiap mata pelajaran. Adapun lima mata pelajaran yang bisa bersertifikat internasional itu adalah Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Bambang Nugroho, Humas SMPN 49 Jakarta, mengatakan, sebagian besar biaya operasional RSBI ditanggung masyarakat. Dalam sistem subsidi silang, siswa kaya membayar lebih mahal, sedangkan siswa dari keluarga miskin mendapat keringanan atau bahkan digratiskan.
Hanya pencitraan
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma mengatakan, aturan yang mengharuskan RSBI menerima siswa miskin hanya bersifat pencitraan dan mempertegas kenyataan, bahwa sekolah publik itu hanya untuk segelintir orang.
"Kalau 20 persen untuk siswa miskin, berarti 80 persennya siswa mampu. Masa sekolah publik yang didanai dari uang negara hanya untuk siswa dari kalangan tertentu?" kata Satria.
Menurut Satria, pemerintah tidak perlu membohongi masyarakat dengan menggembor-gemborkan RSBI harus mengalokasikan kursi bagi siswa tidak mampu. Pada kenyataannya, pemerintah telah meliberalisasi sekolah publik yang tadinya sekolah unggulan atau terbaik menjadi sekolah mahal dan elitis.
"RSBI memang diatur undang- undang. Karena itu, kami akan melakukan uji materi terhadap pasal itu," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.