Edi menjelaskan, konsep pemanfaatan lingkungan ini berawal lewat kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat Cerdas Bangsa. Melihat kondisi geografis sekolah, dipilihlah pertanian sebagai media utama. Ada beragam penelitian dan praktik, seperti pengolahan tanah, persemaian, pemupukan, dan pemeliharaan. Sekolah yang kini memiliki 275 siswa ini pun memasukkan konsep pertanian yang tepat dalam ekstrakurikuler dan muatan lokal lingkungan hidup.
Menurut Edi, cara ini memicu minat siswa pada pertanian. Meski kebanyakan anak petani, hanya sedikit yang tahu cara bertani. Banyak siswa tidak mengetahui cara mencangkul, jijik memegang pupuk organik, dan cara melakukan penyemaian yang tepat.
”Fakta itu sungguh ironis karena banyak anak petani tidak tahu cara bertani,” katanya.
Edi mengakui pernah ada nada sumbang. Masyarakat sempat protes ketika lapangan sepak bola diubah jadi ladang persemaian tanaman pertanian dan pohon keras. Beberapa orangtua murid keberatan saat sekolah mengajarkan cara bertani. Bertani dianggap tidak memiliki masa depan cerah.
SMPN 7 juga membuat terobosan lain dengan membuat arboretum pohon langka bernilai ekonomis dan kesehatan tinggi. Tujuannya agar pelestarian tanaman tetap berjalan sembari memberikan pengetahuan tambahan bagi siswa.
Pendamping Muatan Lokal Lingkungan Hidup SMPN 7 Hermawan Adam mengatakan, guru dan siswa menanam 27 jenis pohon dengan rata-rata 2-3 batang per pohon pemberian Balai Besar Planologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta. Bibit pohon berumur sekitar setahun, seperti duwet (Eugenia cumini), kemenyan (Styrax benzoin), ulin (Eusideroxylon zwageri), merbau (Instia bijuga), araucaria dari Papua (Araucaria cunninghamii), dan pronojiwo (Euchreta horsfieldii).
”Duwet asal India dan negara di Asia Tenggara berkhasiat menurunkan kadar gula darah dan pembekuan darah. Sedangkan ulin adalah pohon terbesar dan tertinggi di Indonesia; banyak digunakan untuk fondasi bangunan karena terkenal keras dan tahan air laut,” katanya.
Langkah inovatif yang dilakukan ternyata membuahkan pengakuan. SMPN 7 mendapat penghargaan Sekolah Berbudaya Lingkungan Provinsi Jawa Barat 2009. Selain itu, sekolah tersebut juga masuk nominasi Program Adiwiyata Nasional 2011. Adiwiyata adalah penghargaan tingkat nasional bagi sekolah yang mampu mengembangkan pendidikan lingkungan.
”Segala macam penghargaan itu kami anggap sebagai bonus dari semua yang kami lakukan. Tujuan akhirnya kesadaran untuk mau hidup berdampingan dengan alam,” kata Edi.(Cornelius Helmy)