Seorang calon mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum Unhas, misalnya, diminta menyiapkan sumbangan Rp 100 juta jika lulus tes masuk program studi tersebut. Informasi itu dia peroleh saat membeli formulir pendaftaran Rp 200.000.
Seorang lulusan SMA lainnya di Sulawesi Selatan, yang kedua orangtuanya berprofesi sebagai pengusaha, diminta menyiapkan Rp 40 juta apabila diterima di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Unhas. ”Awalnya orangtua terkejut karena tak mengira biayanya setinggi itu. Namun, mereka akhirnya mau berkompromi,” ujarnya.
Biaya tersebut sangat mahal dibandingkan dengan mahasiswa baru yang lulus lewat jalur SNMPTN. Aulia Chaerurianty, lulusan SMA YPS yang lolos SNMPTN Program Studi Manajemen Unhas, hanya membayar Rp 1.425.000 sebagai biaya semester pertama. Untuk selanjutnya, Aulia hanya perlu membayar Rp 600.000 per semester.
Wakil Rektor I Unhas Dadang Suriamiharja mengatakan, jalur nonsubsidi merupakan satu dari lima jalur formal penerimaan mahasiswa baru di Unhas. Kuota mahasiswa baru dari jalur nonsubsidi adalah 20 persen dari 3.233 orang yang diterima melalui SNMPTN. Setiap pemimpin program studi mengusulkan besarnya sumbangan.
”Melalui rapat pimpinan, kami sepakat menetapkan besaran sumbangan mulai dari Rp 15 juta hingga Rp 100 juta untuk 57 program studi,” kata Dadang. Sumbangan kian tinggi jika
Di Universitas Andalas, Padang, calon mahasiswa yang diterima lewat jalur SNMPTN tidak dikenai biaya terlampau mahal. Annisa Fitri (17), mahasiswi yang baru diterima di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, mengeluarkan Rp 5.920.000 untuk masuk jurusan idamannya itu.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat berkunjung ke Universitas Nusa Cendana, Kupang, mengakui, mayoritas mahasiswa PTN berasal dari keluarga menengah atas.
Tahun 2004/2005, orang
Namun, katanya, pemerintah berupaya agar lebih banyak mahasiswa dari keluarga menengah bawah masuk PTN, antara lain dengan mewajibkan PTN mengalokasikan 20 persen kursinya untuk mahasiswa miskin.