Mahasiswa UT hampir 40 persennya berada di Pulau Jawa. Disusul di wilayah Sumatera hampir 30 persen, Sulawesi, dan Kalimantan. Adapun mahasiswa di Papua dan Maluku baru sekitar satu persen.
Tian mengatakan, pada prinsipnya UT sangat menyambut amanat Menteri Pendidikan Nasional untuk peningkatan angka partisipasi perguruan tinggi di Indonesia. Kementerian Pendidikan Nasional mendata penduduk berusia kuliah (19-23 tahun) yang terdaftar di perguruan tinggi ada sekitar 5,2 juta orang. Jumlah itu mencakup 24,67 persen dari 21,18 juta pemuda yang mestinya berkuliah.
Sejak tahun lalu, UT membuka program Sistem Paket Semester Usia (Sipas) 1923. Program ini dimaksudkan untuk menyasar pemuda usia 19-23 tahun untuk kuliah, khususnya yang baru saja lulus dari SMA.
Program ini dilaksanakan dengan pola kemitraan bersama dengan perguruan tinggi lain di daerah-daerah. Sebanyak 37 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT di seluruh Indonesia menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi daerah untuk memperkuat layanan pendidikan yang bermutu dengan bahan ajar yang distandar UT.
Tian menjelaskan, program Sipas 1923 yang sudah berjalan, antara lain, di Universitas Muhammadiyah di Sukabumi dan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Batam. ”Peminatnya cukup banyak. Bisa 3-4 kelas atau sekitar 100 orang,” ujar Tian.
Pada tahun ini, program serupa juga dibuka dengan kerja sama bersama Universitas Udayana dan STISIP Margarana Tambanan, Bali; Universitas Jember, dan Universitas Riau. Lulusan SMA sederajat yang tidak lolos dalam seleksi nasional masuk PTN disasar, jumlahnya sekitar 400.000 orang.
”Kami ingin semua lulusan SMA di daerah mana pun tidak terhalang keinginannya untuk kuliah dengan biaya terjangkau,” ujar Tian.