Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popularitas Bahasa Indonesia di Australia Hilang Akibat Bom Bali

Kompas.com - 07/10/2011, 11:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Popularitas Bahasa Indonesia di Australia sempat hilang pada awal tahun 2000-an terkait Bom Bali yang menewaskan sejumlah orang Australia. Bahkan pada pertengahan tahun 2000 pemerintah Australia menghentikan kucuran dana bagi program-program bahasa Asia, termasuk Bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008, pemerintah Australia mulai lagi mengguyurkan dana untuk program-program bahasa Asia, tetapi program bahasa Indonesia masih terseok-seok. "Perlu beberapa tahun ke depan untuk membuat program bahasa Indonesia naik daun lagi," kata Presiden WILTA Sue Cooper saat diwawancara jurnalis warga Eddy Roesdiono beberapa waktu lalu.

WILTA adalah Asosiasi Guru Bahasa Indonesia di Australia Barat atau Westralian Indonesian Language Teachers' Associatio. Wawancara dilakukan melalui surat elektronik dan hasil wawancara ditayangkan di sosial media Kompasiana

Eddy meminta pandangan Cooper mengenai "nasib" Bahasa Indonesia di Australia yang sempat terseok-seok akibat ulah teroris di Bali itu. Menurut Cooper, Bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib selain Bahasa Perancis, Jerman, Italia, Cina, dan Jepang. "Pada tingkat sekolah menengah, belajar bahasa asing diwajibkan dari kelas 7 dan 8, tapi tidak wajib pada kelas selanjutnya dan menjadi mata pelajaran pilihan," katanya.

Berikut wawancara Eddy Roesdiono (ER) dengan Sue Cooper (SC): 

1317533636539561196

Sue Cooper, Presiden WILTA (foto : www.wilta.org)

 

ER: Kurikulum apakah yang digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia di Australia (atau Australia Barat). Apakah ada campur tangan pemerintah Australia dalam pembuatan kurikulum tersebut?

SC: Saat ini negara bagian atau teritori di Australia punya masing-masing kurikulum, termasuk bahasa Indonesia. Itulah sebabnya kurikulum WA (West Australia) sedikit berbeda dengan kurikulum di negara-negara bagian lainnya. Namun demikian, kurikulum khusus untuk pengajaran bahasa (termasuk bahasa Indonesia) akan mulai disusun antara tahun 2013 dan 2014 dan semua guru bahasa Indonesia di Australia harus menggunakan kurikulum yang sama dari tingkat TK sampai Kelas 12.

Kurikulum Negara bagian saat ini disusun oleh lembaga-lembaga terkait negara bagian dengan memanfaatkan berbagai bidang pengajaran bahasa Indonesia mulai kelas dasar sampai tinggi. Nantinya, kurikulum nasional Australia akan disusun oleh sebuah lembaga Negara bernama Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA), dengan memanfaatkan keahlian dari berbagai sektor pendidikan di Australia .

ER: Apakah Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah Austaralia?

SC: Di beberapa sekolah, bahasa Indonesia adalah mata pelajaran wajib, dan di beberapa sekolah tidak, tergantung pada sekolahnya. Belum ada aturan yang jelas soal ini meskipun pernah diupayakan kewajiban belajar bahasa Indonesia dari Kelas 3 sampai Kelas 10. Kebijakan ini, karena berbagai alasan, tidak berjalan dengan baik, dan tak banyak siswa yang melanjutkan belajar bahasa Indonesia sampai kelas 12.

Di Australia, ada enam bahasa utama yang dirancang untuk diajarkan di sekolah dasar dan sekolah menengah, yakni Prancis, Italia, Jerman, Cina, Jepang dan Indonesia. Situasinya beragam; kebanyakan sekolah dasar mengajarkan setidaknya satu bahasa asing pada dua level pertama. Ada juga yang mengajarkan bahasa dari tingkat TK sampai Kelas 6, ada pula yang mengajarkan bahasa pada kelas 2 saja. Pada tingkat sekolah menengah, belajar bahasa asing diwajibkan dari Kelas 7 dan 8, tapi tidak wajib pada kelas selanjutnya (menjadi mata pelajaran pilihan).

13175336861290480900

DVD film Indonesia bisa disewa di Grove Library, Stirling Highway, Perth, Australia (foto : www.wilta.org)

Pernah ada penekanan pada tahun 1990-an agar sekolah-sekolah mengajarkan bahasa-bahasa Asia dan sekolah-sekolah ini mendapatkan suntikan dana untuk pengajaran bahasa Cina, Jepang, Indonesia dan Korea. Banyak juga guru Australia yang memutuskan untuk belajar salah satu bahasa tersebut dan jadi guru. Pada saat itu, setidaknya di WA, ada peningkatan signifikan jumlah sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia. Namun, di akhir 1990-an dan awal 2000-an, bahasa Indonesia mulai kehilangan popularitas terkait dengan bom Bali.

Pada pertengahan tahun 2000-an, pemerintah Australia menghentikan guyuran dana untuk program-program bahasa Asia, dan bahasa Indonesia ikut kena dampak negatifnya. Pada tahun 2008, pemerintah Australia mulai lagi mengguyur dana untuk program-program bahasa Asia, tapi program bahasa Indonesia masih terseok-seok. Perlu beberapa tahun ke depan untuk membuat program bahasa Indonesia naik daun lagi.

ER: Siapa sajakah gurunya? Apakah penutur asli Indonesia ataukah guru Australia, atau keduanya?

SC: Kami memiliki campuran guru Australia, Indonesia dan Malaysia. Di WA, ada banyak guru Malaysia yang mengajar bahasa Indonesia karena kurangnya orang Australia yang bisa berbicara bahasa Indonesia, dan kurangnya penutur asli Indonesia.

Silakan ikuti wawancara lengkapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com