Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Bahasa Indonesia

Kompas.com - 28/10/2011, 03:32 WIB

Kebiasaan buruk lain ialah kegemaran menyerap bahasa asing, khususnya Inggris, di dalam percakapan sehari-hari atau pidato oleh para pejabat, termasuk (maaf) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan untuk kata-kata yang sudah ada dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, kita juga memakai kata-kata Inggris. Misal kata ”klir” dalam kalimat, ”Masalah itu sudah klir.” Bukankah kita bisa memakai kalimat, ”Masalah itu sudah jelas.” Kita tentu tidak bisa menghindar dari menyerap kata asing, tetapi hendaknya hal itu dilakukan jika memang benar-benar terpaksa.

Rendahnya minat terhadap bahasa Indonesia sedikit banyak akan berpengaruh terhadap minat baca. Studi 0rganization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2006 menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia baru mencapai angka 392, jauh di bawah kemampuan rata-rata negara-negara OECD yang ada di angka 492.

Kalau bangsa kita kurang banyak membaca bahan bacaan yang bagus, bisa kita bayangkan seperti apa jadinya bangsa ini di masa depan. Karena itu, kita perlu berjuang untuk merawat bahasa Indonesia sebagai salah satu nikmat dan anugerah Allah kepada bangsa Indonesia. Juga perlu berjuang menumbuhkan minat baca untuk meningkatkan budaya keberaksaraan bangsa.

Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau