Wajah Belia di Jerman

Ben mengungkapkan, persoalan utama dalam dunia politik saat ini adalah bahwa politik hanya menjadi milik kaum elite. Ketika anggota partai akhirnya terpilih menjadi anggota parlemen atau bahkan duduk di pemerintahan, mereka tidak lagi terhubung dengan basis massanya (konstituennya). Semua kebijakan dibuat secara top down. Konstituen tidak mengetahui apa di balik kebijakan yang dikeluarkan tersebut.

Pirate, lanjut Ben, mencoba menerobos sistem tersebut. Di dalam partainya, seluruh anggota adalah pemimpin partai.

Pirate telah menciptakan software yang membuat anggota parlemen dan pemilihnya dapat berinteraksi setiap saat dan membicarakan strategi terkait dengan berbagai isu/masalah.

Kepada sejumlah wartawan dari Asia dan Afria, Ben mengaku belum memiliki road map yang jelas mengenai bagaimana mereka akan membawa perubahan untuk Berlin. Namun, mereka hanya ingin lebih praktis daripada ideologis, seperti diungkapkan Ben bahwa Pirate tak memiliki ideologi.

Kehadiran Pirate di parlemen memang mengejutkan. Mereka semula hanya menganggap Pirate adalah sekumpulan aktivis yang ingin kebebasan lebih dalam dunia maya (internet freedom).

Mereka memang belum teruji. Namun, kemunculan partai ”baru” ini setidaknya layak menjadi ”wake-up call” (dering jam pembangun) bagi partai-partai dan politisi lama untuk segera sadar dan bangun bahwa ada persoalan mendasar dalam sistem politik yang berkembang selama ini.

Belum tahu Pirate mau apa, tetapi yang penting jangan menampilkan wajah muda yang korup seperti nun jauh di Senayan sana. (Susana Rita, dari Berlin)