Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus Belum Siap

Kompas.com - 08/11/2011, 17:03 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anak-anak yang mengalami gangguan perilaku dan mental yang berdampak pada kemampuan dalam kehidupan sosial dan prestasi belajar saat ini semakin meningkat.

Namun, penanganan pendidikan yang diberikan sekolah dan orangtua bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini belum sesuai kekhususan yang dimiliki anak-anak.

Di sisi lain, kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah juga belum berpihak untuk memperhatikan keterbatasan anak-anak berkebutuhan khusus, dan belum memfasilitasi kebutuhan anak-anak itu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Jika persoalan gangguan perilaku dan mental anak-anak berkebutuhan khusus dibiarkan dan tidak diperhatikan secara serius, bisa saja semakin banyak anak-anak Indonesia yang kelak berada dalam masalah serius.

Demikian persoalan yang mengemuka dalam seminar anak berkebutuhan khusus yang diselenggarakan Pusat Kajian Disabilitas Universitas Indonesia dan Universitas Katolik Atma Jaya di Jakarta, Selasa (8/11/2011). Seminar ini mengkaji kebijakan, pola asuh, dan strategi pembelajaran anak dengan gangguan perilaku dan mental dalam seting inklusi.

Theresia MD Kaunang, spesialis psikiatri anak, mengatakan, gangguan perilaku dan mental pada anak-anak saat ini yang sering dijumpai misalnya autisme. Prevelansi autisme tahun 1992-2005 naik 26 persen, sementara pada tahun 2000-2005 naik 16 persen. Di suatu rumah sakit di Jakarta, pada tahun 1999 baru ada enam anak terdeteksi autisme, dan tahun 2000 jumlahnya menjadi 106 anak.

 "Sebanyak 75 persen anak-anak autis ini punya IQ di bawah rata-rata. Mereka ini perlu sekolah khusus," kata Theresia.

Menurut Theresia, gangguan psikiatrik anak yang paling banyak adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH). Mereka banyak dijumpai di sekolah dan dicap sebagai anak-anak nakal, bodoh, dan sumber masalah.

Penelitian penyandang GPPH pada anak-anak SD di Jakarta pada tahun 2006 berjumlah 26 persen. Penelitian pada anak-anak prasekolah di Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2009 berjumlah 32,9 persen. Temuan di bantaran Kali Ciliwung pada tahun lalu berkisar 24,5 persen. 

"Anak-anak ini terutama kurang konsentrasi atau fokus, hiperaktif, dan impulsif. Anak-anak yang menyandang masalah ini sering bermasalah pada prestasi sekolah. Perilaku di kelas mereka buruk sehingga sering dihukum guru, nilai buruk, dan sering gagal menyelesaikan sekolah," ujar Theresia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com