Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Berbohong untuk Pendidikan

Kompas.com - 25/11/2011, 10:26 WIB

Pendidikan yang tidak dikelola dengan lugas dan sungguh-sungguh hanya melahirkan tragedi kehidupan. Seorang sahabat yang telah lebih dari 20 tahun jadi guru di Malawi merasakan kehampaan jiwa sebagai pendidik. Jerih payah mendidik bertahun-tahun tak membekas dalam kehidupan anak didiknya sebagai pribadi maupun bangsa. Karya pendidikan tak membuat mereka nyaman dengan hidup sebagai orang Malawi. Mereka lebih merasa bermartabat jika hidup seperti orang Eropa atau Amerika.

Karena itu, teknologi yang memanfaatkan alam dengan bertani tak pernah memesona meski tanah mereka sangat subur. Mereka melarat di tanah yang kaya.

Belajar dari Malawi, kebijakan pendidikan gratis tidaklah cukup. Kebijakan sekolah gratis adalah bagian kecil dari perwujudan kesungguhan negara menyelenggarakan pendidikan yang terjangkau, adil, dan bermutu bagi segenap warganya. Kita hanya bisa berharap jadi bangsa berkarakter, bermartabat, percaya diri, dan hidup mengakar di negeri sendiri ketika negara menyelenggarakan pendidikan dengan lugas, transparan, terjangkau, adil, dan berkualitas bagi segenap warganya.

Sebaliknya kita hanya akan jadi bangsa pecundang ketika negara menyelenggarakan pendidikan dalam kepura-puraan, manipulasi, bahkan kebohongan. Kita bersyukur Mahkamah Konstitusi telah mengembalikan hakikat negara yang wajib memberikan perhatian kepada lembaga pendidikan berbasis masyarakat/swasta (Kompas, 30/9/2011). Kita berharap tak akan pernah ada permainan akal-akalan negara terhadap nasib semua lembaga pendidikan, khususnya sekolah swasta, termasuk pada upaya pemerintah menetapkan gaji guru di sekolah swasta (Kompas, 12/11/2011) di negeri ini.

Meminjam ungkapan iklan obat: untuk anak jangan main-main! Ya, jangan main-main untuk pendidikan segenap anak bangsa kita. Di mana pun mereka belajar, mereka tetap anak bangsa ini. Bukan semata-mata anak lembaga pendidikan tempat mereka belajar. Atau, kita memang menghendaki tragedi kehidupan bangsa ini?

*SIDHARTA SUSILA Pendidik di Yayasan Pangudi Luhur di Muntilan, Magelang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau