Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Guru di Pelosok Kebun Sawit Riau

Kompas.com - 25/11/2011, 16:22 WIB
Sabrina Asril

Penulis

"Biasanya untuk baru tahu setengah bulan sebelumnya. Jadi persiapannya cepat-cepat. Itu pun harus kita yang proaktif tanya ke kecamatan," keluh Rita.

Meski demikian, prestasi SDN 010 Silikuan Hulu terbilang "moncer". Sekolah sederhana dengan dua gedung berlantai satu ini mampu mencetak prestasi masuk dalam tiga besar sekolah terbaik setiap tahunnya se-Kecamatan Ukui.

Minim fasilitas

Hal lain yang menjadi kendala adalah minimnya fasilitas. Di perkotaan, anak setingkat sekolah dasar sudah terbiasa menjamah teknologi. Lain halnya dengan siswa di Ukui. Di SDN 010 Silikuan Hulu, para siswa belum mendapatkan fasilitas komputer.

"Di sini belum ada komputer. Jadi, yah, masih jadul bangetlah," tutur Suharni, salah seorang guru di sekolah itu.

Jangankan komputer, daya listrik di sekolah ini juga tidak cukup untuk memfasilitasi itu. Sebuah perpustakaan mini yang baru dibangun sekolah ini juga tampak suram. Namun, keterbatasan ini tak membuat surut semangat para siswa yang mengenyam pendidikan di sana. Mereka tetap asyik dengan bacaannya masing-masing.

"Listriknya harus dinyalain pakai diesel, Mbak," sahut salah seorang petugas perpustakaan saat beberapa wartawan mencari tombol lampu.

Rupanya, karena daya listrik tidak kuat, maka perpustakaan harus dikorbankan dengan menggunakan mesin diesel.

Suharni yang menjadi wali kelas I mengaku sering kesulitan saat mengajarkan siswa membaca dan menulis.

"Orangtuanya maksa untuk masuk sekolah, padahal anaknya belum punya bekal apa-apa tentang baca tulis. Mau enggak mau kita terima, karena sekolah di sekitar sini, kan, cuma ini saja," ujar Suharni yang merupakan pendiri SDN 010 Silikuan Hulu ini.

Selain itu, sekolah ini juga tidak memiliki alat peraga, seperti bentuk huruf, gambar-gambar kalimat pendek, ataupun angka-angka. Suharni sudah pernah mengajukan ke sekolah untuk menyediakan alat-alat itu. Namun, keterbatasan dana menyebabkan permintaan itu belum terpenuhi.

"Kalau di pedalaman ini, kami, para guru mengerti kondisinya terbatas. Jadi harus kreatif-kreatif kita bagaimana sekolah ini harus tetap berjalan," kata Suharni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com