KOMPAS.com - Goreng pisang dan jalangkote (pastel) tersaji di karpet. Puluhan orang menanti tak sabar pria yang seminggu terakhir ini menghiasi pemberitaan media massa.
Setelah penantian sekitar dua jam, Abraham Samad yang ditunggu pun tiba. Ia datang dengan payung dan masker hijau yang menutupi mulutnya. Sontak semua orang berteriak dan lampu kamera (blitz) berkilauan.
Ini bukan pesta. Aktivis, akademisi, dan media berkumpul di kantor Komite Pemantau Legislatif (Kopel) di Makassar, Minggu (4/12/2011), untuk menyambut Abraham yang baru terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di kantor ini Abraham bekerja sebagai tim hukum dalam 11 tahun terakhir.
Pertemuan sederhana ini seperti reuni dengan kawan lama seperjuangan dengan Abraham. Direktur Eksekutif Kopel Syamsuddin Alimsyah menilai Abraham sebagai pejuang antikorupsi yang konsisten. ”Sepanjang kariernya, ia selalu menjadi pembela minoritas. Teror dan intimidasi sering dia alami,” kata dia lagi.
Abraham terlibat mendirikan Anti Corruption Committee. Syamsuddin mengenang teror yang pernah dialami Abraham saat berusaha mengungkap dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPRD Sulawesi Selatan. ”Dia dikirimi kotak isinya kucing yang dipotong-potong. Pesannya, nasib Abraham bisa seperti itu,” ujarnya.
Rekam jejak di Makassar itu kini harus dibuktikan di panggung yang lebih besar. Kasus korupsi kelas kakap menanti ayah dua anak ini untuk segera dituntaskan.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Adi Suryadi Culla, menilai, Abraham akan berhadapan dengan tembok kekuasaan dan politik yang sulit ditembus. ”Determinasi dan integritas tinggi diperlukan untuk mengatasi itu, selain juga dukungan politik,” katanya.
Petuah yang disampaikan pada acara itu diharapkan menjadi bahan bakar bagi Abraham untuk segera bekerja. Hamid Basmah, tokoh masyarakat Sulsel, secara spesifik meminta Abraham menjauhi dua hal ini. ”Jangan main golf dan main tennis,” tuturnya.
Abraham yang datang menggunakan baju putih berjaket hitam tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Saat diberi giliran bicara, moderator acara itu, Canny Watae, memberikan pesan, ”Semenit saja bicaranya. Sekarang saatnya bekerja.”
Abraham pun sedikit bicara. Ia menolak diwawancarai berlama-lama oleh wartawan pula. Selepas acara, ia menutup kembali mulutnya dengan masker hijau. ”Bukan saatnya lagi saya diwawancarai banyak-banyak. Kini, harus banyak kerja,” katanya. Kami tunggu, Abraham! (Maria Serenade Sinurat)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan