”Saya sering bertemu dengan orang yang mau membuang sampah saat saya memungut sampah. Mereka bertanya, loh sampahnya dibersihkan toh? Lama-lama mungkin mereka merasa tidak enak. Tapi beberapa orang tetap membuang sampah di malam hari, saat tak ada orang yang melihat,” tutur Udi.
Menurut dia, masalah utama yang menyebabkan warga setempat membuang sampah
Seniman dari Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Mbah Bimo, mengungkapkan, orang Jawa menyebut selokan sebagai wangan ( buangan). Dari sana, kemungkinan kebiasaan membuang sampah di sungai diawali, tanpa memikirkan dampak jangka panjang yang akan ditimbulkan seperti apa.
Dalam renungan misa malam Natal, Romo Kirdjito mengajak umat untuk menghargai air pemberian Tuhan dengan tidak mencemarinya. Sampah yang dibiarkan akan terus menumpuk, membentuk gunung baru, dan akhirnya menimbulkan masalah lingkungan yang serius.
Lebih parah, kata Romo Kirdjito, hampir semua persoalan kini dianggap seperti sampah plastik. Aspirasi rakyat dianggap sampah, demikian juga kritik tajam media yang seakan kehilangan kekuatan untuk mendorong perubahan. Di sisi lain, tingkah laku pejabat juga seperti sampah, karena penuh dengan korupsi, manipulasi, dan ketidakjujuran.
”Negeri ini negeri sampah, dan sudah banyak sumpah serapah. Pada Natal kali ini, kami berdoa agar muncul pemimpin yang benar-benar serius untuk membersihkan ”sampah” di negeri ini. Jangan sampai rakyat akhirnya mengamuk dan membakar ”sampah-sampah” yang ada,” tutur Romo Kirdjito.