Hanya dalam tiga bulan, perakitan sudah 95 persen. Tenaga ahli dari FASI, Raharjo, mengatakan, perakitan sudah masuk tahap finishing seperti pendempulan dan pengecatan. Dalam waktu paling tidak sebulan, Jabiru J430 sudah bisa uji mesin dan terbang di Bandara Pondok Cabe. ”Pesawat ini tidak akan dijual karena masih proyek percontohan. Akan dipakai untuk siswa SMK sendiri sebagai pesawat latih,” ujarnya.
Produksi massal
Pesawat Jabiru J430 dikenal memiliki daya jelajah yang jauh dan mampu terbang hingga tujuh jam berbekal 135 liter bahan bakar AVGAS 100/300 MOGAS dengan oktan rating 95 RON (setara pertamax plus) di bagian sayap dan 6 liter di bawah kursi belakang.
Pesawat ini dinilai potensial sebagai alternatif transportasi antarpulau. Dedi mengatakan, dia sudah didekati individu-individu yang ingin dibuatkan pesawat. Namun, semua masih menanti hasil uji mesin dan uji terbang Jabiru J430.
Pemerintah juga diharapkan tetap memberikan dukungan dalam perizinan dan pembelian komponen pesawat. Ketika membeli komponen Jabiru J430, pemerintah harus mengeluarkan biaya Rp 700 juta karena semua komponen diimpor dari Australia. Adapun biaya untuk pajak sebesar Rp 350 juta dan operasional perakitan harus ditanggung sekolah. "Untung didukung komite sekolah," kata Dedi.
Jika sudah diproduksi massal, pesawat akan dilepas dengan harga minimal Rp 1,4 miliar. Keuntungan hasil penjualan, kata Budiman, akan kembali dialokasikan untuk perakitan selanjutnya, termasuk membayar gaji tenaga ahli.
Peran tenaga ahli sangat penting karena kemampuan guru masih harus ditingkatkan. Padahal, merakit pesawat tidak boleh ada kesalahan sama sekali karena jika mesin mogok, misalnya—berbeda dengan mobil—risiko pesawat sangat besar.
Saat ini sebagian guru memiliki lisensi (A1, A4, C2, C4) sebagai teknisi penerbangan dan sebagian lagi memiliki sertifikat Basic Aircraft Technical Knowledge, semacam kursus dasar pengetahuan pesawat terbang yang diselenggarakan PT Garuda Indonesia.
Kini SMK 29 Penerbangan juga berencana membuka sekolah penerbangan. Dengan empat jurusan, yakni Airframe Power Plane, Electrical Avionics, Electronical Industry, serta Teknik Pendingin dan Tata Udara, SMK 29 Penerbangan saat ini menampung 850 siswa.
"Jadi, siswa tidak hanya ahli merakit, tetapi juga bisa menerbangkan pesawat," kata Dedi.(Luki Aulia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.