Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebangkitan Mobil Nasional?

Kompas.com - 06/02/2012, 03:06 WIB

Pertama, perlu komitmen penuh dan perencanaan jangka panjang dari pemerintah. Simak bagaimana Malaysia merencanakan mobnas atau dikenal dengan merek Proton. Proton adalah Perusahaan Otomobil Nasional yang didirikan 1983 atas perintah mantan PM Mahathir Mohamad. Mahathir merancang National Automotive Policy (NAP) dengan tujuan akhir menumbuhkan penciptaan nilai ekonomi secara berkelanjutan.

Perlu dukungan penuh

Industri mobnas perlu dukungan penuh pemerintah agar dapat kompetitif secara internasional. NAP memfasilitasi transformasi yang dibutuhkan dan integrasi industri mobnas dalam jejaring industri mobil regional dan global. Kebijakan kunci NAP: (1) sejumlah paket hibah (industrial adjustment fund) dan insentif agar mobnas bisa mencapai skala operasi, keterkaitan industri, dan pengembangan komponen lokal dan kapabilitas Bumiputra; (2) agar dapat diproduksi massal perlu partisipasi semua pihak dalam rantai nilai produksi.

Kedua, mendorong kemitraan strategis dengan para pemain global dalam pengembangan mobnas. Sebagai pemain baru, Malaysia menggandeng Mitsubishi Motors untuk transfer teknologi, mengembangkan industri mobnas, dan suku cadang. Produksi mobnas pertama adalah Proton Saga, September 1985, dari pabrik manufaktur di Shah Alam, Selangor. Awalnya produksi komponen mobil seluruhnya oleh Mitsubishi, tetapi bertahap komponen lokal dipergunakan karena teknologi dan keterampilan telah ditransfer.

Produksi 100.000 unit dicapai Januari 1989. Pada 1993, model Proton Wira diluncurkan dengan modifikasi dari Mitsubishi Lancer/Colt. Lebih dari 220.000 unit terjual selama 1996-1998. Proton Perdana, yang didasarkan atas model Mitsubishi Galant/Eterna, diperkenalkan 1995; diikuti Proton Waja (Proton Impian di pasar UK) diluncurkan 2001 sebagai model mobil pertama yang didesain Proton. Hingga 2002, Proton pernah memegang pangsa pasar 60 persen di Malaysia.

Ketiga, mengembangkan mobnas tidak hanya sekadar prototipe, desain, dan produksi mobil yang aman bagi konsumen dan ramah lingkungan, tetapi juga harus lulus berbagai uji sebelum diproduksi massal. Saat ini, mobil Esemka hanya tinggal merampungkan uji emisi. Untuk uji kelayakan dari Kementerian Perhubungan sudah lolos. Namun, masih kurang uji emisi yang menjadi bagian dari uji kelayakan untuk mendapatkan sertifikat uji tipe. Jika sertifikat uji tipe didapat, produksi massal pun bisa dimulai.

Pengalaman China mengembangkan mobil yang bersih dan efisien perlu disimak. Hingga akhir 2007, China merencanakan mengurangi rata-rata konsumsi BBM per 100 kilometer untuk semua jenis kendaraan sebesar 10 persen. Untuk itu, prioritas diberikan untuk penelitian dan pengembangan mobil listrik dan hibrida serta menggunakan energi alternatif, terutama gas (CNG/LNG).

Kota-kota mega, seperti Beijing dan Shanghai, telah menerapkan standar emisi Euro 3. China pun menandatangani perjanjian patungan dengan American Motors Corporation untuk memproduksi mobil penumpang di Beijing, produksi Volkswagen Jerman di Shanghai, dan Peugeot dari Perancis di Guangzhou.

Industri terkait dan pendukung

Keempat, mengembangkan industri terkait dan pendukung dengan aliansi antara pemerintah, industriawan, investor, dan peneliti. Mobil Kiat Esemka hasil kreasi pelajar SMK bukanlah saingan bagi industri otomotif dalam negeri. Gaikindo dan semua anggotanya perlu memberikan dukungan kepada para pelajar, seperti bantuan komponen mesin dan pelatihan pembuatan kendaraan, serta peneliti di sejumlah universitas dan lembaga penelitian otomotif.

Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu memfasilitasi Riset Unggulan Nasional untuk pengembangan rancang bangun, komponen lokal, dan kluster industri mobnas dari hulu hingga purnajual. Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Industri perlu proaktif menawarkan insentif fiskal (keringanan pajak, seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah), pembebasan bea masuk atas impor komponen tertentu, negosiasi di forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan menentukan arah kebijakan industri mobnas jangka panjang.

Tanpa keempat hal tersebut, mobnas hanyalah angin surga dan impian semata. Atau memang Indonesia adalah surga bagi para raksasa otomotif global? Habis Timor terbitlah Kiat Esemka?

Mudrajad Kuncoro Guru Besar Ilmu Ekonomi FEB UGM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com