M Irfan Affandi, pengelola Jurnal Sosio Ekonomika dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jumat (10/2), mengatakan, jurnal ilmiah sulit berkembang karena dukungan dari kampus minim. Akibatnya, tak banyak jurnal ilmiah yang mampu bertahan atau terbit teratur. Akreditasi jurnal pun kadang dilakukan kadang tidak.
”Pengelola mesti berpikir keras untuk menjual jurnal ilmiah yang diterbitkan, setidaknya untuk menutup biaya penerbitan. Ternyata tidak mudah. Penerbitan sering kali tidak teratur sesuai jadwal,” kata Irfan.
Pejabat Rektor Universitas Cenderawasih Festus Simbiak menegaskan bahwa jurnal ilmiah di kampus tak berkembang baik, di antaranya terkendala dana penerbitan yang teratur. Selain itu, sumber daya manusia pengelola jurnal juga belum mumpuni.
Data Pusat Dokumentasi Ilmiah Indonesia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII- LIPI), hingga Mei 2011 tercatat lebih dari 7.000 jurnal ilmiah diterbitkan. Dari jumlah itu, kurang dari 4.000 jurnal yang kontinu mengirim terbitannya ke PDII-LIPI. Jurnal yang dapat diakses saat ini sebanyak 5.100 jurnal dari perguruan tinggi (PT) ataupun lembaga penelitian.
Namun, baru sekitar 406 jurnal ilmiah yang terakreditasi. Jurnal di perguruan tinggi yang terakreditasi 250 jurnal.
Eko Yulianto, Pemimpin Prasetiya Mulya Publishing dan Pemimpin Redaksi Jurnal Manajemen Bisnis Integritas, mengatakan, pengelolaan jurnal ilmiah di PT umumnya tak memenuhi standar profesional. Perguruan tinggi sejak dini perlu merintis perangkat pendukung konkret dan profesional pengelolaan jurnal, seperti unit teknis pendampingan dan pelatihan penulisan karya ilmiah yang berkesinambungan bagi pengajar dan mahasiswa. Unit ini masuk dalam organisasi penerbit jurnal yang juga ditingkatkan profesionalitasnya, lengkap dengan model bisnis.
Pada perkembangannya, jurnal ilmiah di perguruan tinggi dinilai perlu mendobrak tembok egoisme PT. ”Justru perlu dibangun kerja sama antarperguruan tinggi untuk mengelola beberapa produk jurnal milik bersama,” kata Eko.
Berdasarkan pengalaman berkeliling dan berjejaring dengan sembilan PT di beberapa provinsi, lanjut Eko, untuk pengelolaan bersama jurnal nasional bidang ekonomi ditemukan permasalahan utama, yakni miskinnya artikel ilmiah dan komitmen PT untuk tata kelola jurnal dengan standar profesional. Misalnya, editorial independen, investasi besar, mengangkat editor- editor profesional, dan penggalangan sponsor.