Untuk itu, menurut Sulistyono, minyak plastik itu harus disuling lagi agar kadar airnya berkurang. Baik jenis plastik maupun suhu ruangan selama proses pembuatan ikut berpengaruh pada kualitas minyak. Plastik botol air kemasan lebih mudah terurai daripada tas keresek.
Bank sampah
Kepala SMKN 3 Madiun Sulaksono Tavip Rijanto mengatakan, proses ini sebenarnya hanya mengubah plastik yang terbuat dari minyak untuk kembali menjadi minyak.
Karena kebutuhan sampah plastik yang tinggi, siswa semakin sulit memperoleh sampah plastik. Untuk itu, ia lalu bekerja sama dengan para pemulung agar bersedia menjual sampah plastiknya ke sekolah. Untuk menampung pasokan sampah plastik, rencananya akan dibuat bank sampah plastik di sekolah.
”Sekolah kami fokus ke upaya menjaga lingkungan dengan mengelola limbah. Sudah jadi tradisi di sini,” kata Tavip.
Untuk mengajak masyarakat mengelola sampah plastik, sekolah yang memiliki Program Keahlian Kimia Analis, Kimia Industri, dan Pengawasan Mutu Pangan itu membuat 15 alat pengolah model terbaru. Sebelumnya, para siswa telah membuat lima model yang terus dimodifikasi dan disempurnakan. Ke-15 alat itu telah dibagikan Gubernur Jatim ke SMK lain di Jawa Timur,
Selain minyak plastik, para siswa di sekolah yang didirikan pada 25 Agustus 1965 itu juga rutin menerima pesanan produksi virgin coconut oil, nata de coco, sirup buah, keripik buah, sambal tomat, bumbu pecel, pupuk kompos, dan sabun mandi.
”Setiap minggu para siswa rutin memproduksi 70-80 kilogram nata de coco,” kata Sunardi dari Humas SMKN 3 Madiun. Tak heran, karena kualitasnya yang bagus, siswa SMKN 3 Madiun umumnya sudah ”dipesan” industri sebelum mereka lulus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.