Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertimpa Sepeda Motor, Sudah Biasa...

Kompas.com - 06/03/2012, 09:39 WIB
Irene Sarwindaningrum

KOMPAS.com - Selama delapan tahun menjadi guru bantu, belum sekalipun Nurul (46) memakai sepatu hak tinggi, seperti yang sering terlihat di sinetron-sinetron. Sepatu ”dinasnya” adalah bot karena jalan menuju sekolahnya penuh lumpur.

”Jika agak kering, baru bisa menggunakan sepeda motor,” kata Nurul yang mengajar di SD Negeri 1 Sidodadi, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel).

Namun, yang disebut kering tetap saja penuh lumpur. Tak terhitung berapa kali ia jatuh dari sepeda motor dan tertimpa motor akibat jalanan yang berlumpur sangat parah saat musim hujan.

”Saya pernah jatuh dan tak bisa bangun karena tubuh saya tertimpa sepeda motor dan berada di jalan cukup lama karena tak ada penduduk yang lewat,” kata Nurul. Maklum, sekolah tempat ia mengajar lokasinya cukup terpencil, sekitar empat jam perjalanan menggunakan perahu dari Kota Palembang, lalu dilanjutkan dengan sepeda motor sejauh 4 kilometer.

”Jadi, tertimpa sepeda motor sudah biasa...,” kata guru bantu yang sejak 1987 menjadi guru honorer di Palembang itu.

Jika diukur dengan pendapatannya sebagai guru bantu, semua kesulitan itu seolah tak cukup berharga untuk dijalani. Untuk kehidupan sehari-hari saja pendapatannya sudah sangat terbatas. Di daerah tempatnya mengajar, harga bensin Rp 9.000 per liter.

Di luar honornya sebesar Rp 1 juta, ia hanya menerima tunjangan fungsional yang turun enam bulan sekali dengan besaran tak tentu. Tunjangan terakhir yang ia terima pada 2011 sebesar Rp 1,7 juta. Di luar itu, tak ada tambahan sama sekali. ”Tunjangan hari raya pun kami tak pernah dapat,” katanya.

Pendapatan Nurul yang amat minim membuatnya kesulitan mengembangkan kompetensi, seperti membeli buku tambahan ataupun sekolah lagi. Untuk kebutuhan dan biaya sekolah anak-anaknya di Palembang dan Jakarta, pendapatan suaminya, Ardani (52), yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di bagian perlengkapan Dinas Perkebunan Sumsel menjadi sandaran utama.

Nurul menjalani panggilannya sebagai pengajar sambil terus berharap dapat diangkat menjadi PNS. Salah satunya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan dan jaminan di masa pensiun.

Ketua Umum Forum Komunikasi Guru Bantu Sumatera Selatan Syahrial (43) mengatakan, saat ini masih ada 599 guru bantu dan sekitar 14.000 guru honorer di Sumsel. Kondisi mereka memprihatinkan karena rendahnya pendapatan. Honor guru bantu saat lancar sebesar Rp 1 juta per bulan dan guru honorer bervariasi, Rp 75.000 sampai Rp 300.000 per bulan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com