Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beramal Jariah dengan Keringat

Kompas.com - 22/03/2012, 11:14 WIB

Puluhan anak belasan tahun tanpa sungkan berbaur dengan para buruh. Mereka bergantian mengangkat ember-ember berisi adonan semen. Di dalam kehidupan pondok pesantren, mereka dilatih untuk berkeringat demi berdirinya tempat ibadah dan beramal jariah untuk generasi masa mendatang.

Aris (13), seorang santri asal Kalimantan Tengah, berulang kali mengisi ember-ember besar dengan pasir. Ember kemudian diangkat dan diberikan kepada para buruh untuk dicampur semen dan batu, begitu seterusnya.

Sementara Adip (13), santri asal Kulon Progo, DI Yogyakarta, menenteng ember berisi adonan semen, lalu memberikannya kepada teman-temannya yang berderet di tangga masjid. Dalam empat hari, lantai dua masjid berukuran 14 meter x 20 meter ini harus segera selesai dicor.

”Enggak capek kok, kan setiap hari kerjanya cuma tiga jam. Kami hanya membantu bapak-bapak, buruh ngecor semen. Mereka tentu lebih capek karena bekerja seharian,” kata Aris.

Suasana gotong royong dalam pembangunan masjid Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta tampak meriah. Sambil bekerja, para santri tampak bersenda gurau dan terlihat akrab dengan para buruh.

Selang tiga jam, kelompok santri berikutnya datang menggantikan mereka yang telah bekerja. Setiap hari, semua santri mendapat giliran tugas dan harus rela berpanas-panas di bawah terik matahari selama tiga jam.

”Kami sedang membuat masjid dan semua santri mendapat jatah kerja bergiliran. Waktu kerja kami menggunakan jam pelajaran olahraga,” papar Fikri (16), santri asal Kulon Progo.

Tumbuh rasa memiliki

Bekerja sudah menjadi kebiasaan rutin para santri. Empat tahun lalu, santri juga dilibatkan dalam pembangunan awal gedung sekolah dan pondok pesantren. Harapannya, dalam setiap pribadi santri tumbuh rasa memiliki terhadap gedung-gedung yang dibangun dengan dana ratusan juta rupiah tersebut. Pondok pesantren dengan 340 santri ini tidak hanya menekankan pendidikan edukatif semata, tetapi juga pendidikan karakter.

”Kami berharap setiap santri di sini turut bertanggung jawab terhadap fasilitas apa pun di pondok pesantren. Dengan bergotong royong, mereka akan membuat peninggalan dan amal jariah bagi generasi-generasi santri berikutnya,” kata Direktur Pondok Pesantren Modern MBS Yogyakarta KH M Nashirul Ahsan.

Menurut Nashirul, sebagian besar pembangunan masjid baru di Pondok Pesantren Modern MBS Yogyakarta sebenarnya diserahkan kepada kontraktor. Namun, untuk menumbuhkan rasa memiliki dalam diri setiap santri, santri dilibatkan dalam pengecoran lantai dua masjid.

Kepala SMA Pondok Pesantren Modern MBS Yogyakarta Didik Riyanta mengungkapkan, meski hanya sebentar, sejak awal pendirian pondok pesantren, santri selalu dilibatkan dalam proses pembangunan. ”Pelajaran-pelajaran seperti ini tidak didapatkan di kelas. Sementara di lapangan mereka bisa bergaul dengan para buruh, merasakan kerja keras dan pentingnya gotong royong,” ujarnya.

Menurut Didik, kebiasaan bergotong royong kini menjadi barang langka di masyarakat. Karena itu, masa pendidikan menjadi saat yang tepat untuk memupuk kebiasaan dan karakter bergotong royong.

”Bulan ini kami juga mendapat bantuan dana hibah sebesar Rp 75 juta dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dana ini akan kami gunakan untuk membuat kolam gurami yang dibuat para santri lalu dikelola mulai dari penebaran benih, pemberian makanan, perawatan, hingga panen raya,” paparnya.

Sebagai lembaga pendidikan berbasis asrama, Pondok Pesantren Modern MBS Yogyakarta memiliki prinsip menjaga keseimbangan antara hidup keagamaan dan bermasyarakat. Karena itu, di sela-sela aktivitas di pondok, santri juga diajak belajar bekerja keras seperti halnya masyarakat umum.

Dalam kesempatan lain, setiap tahun santri diterjunkan ke kantong-kantong kemiskinan di daerah. Di sana, mereka menggelar amal bakti santri dengan hidup bersama keluarga-keluarga miskin. Sama seperti aktivitas di pondok pesantren, di sana mereka juga harus bekerja membanting tulang dan berbela rasa dengan sesama.

Tahun ini, hasil kerja keras santri berupa masjid megah berukuran 14 meter x 20 meter dengan ruang perkantoran di bawahnya segera berdiri. Jika kelak mereka shalat di dalamnya, para santri tentu bisa tersenyum. Sebab, mereka shalat dari hasil keringat. (Aloysius B Kurniawan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com