Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Perlu Berbasis Kondisi Masyarakat

Kompas.com - 04/04/2012, 03:44 WIB

”Kombinasi antidepresan dan psikoterapi diharapkan memperbaiki kontrol glikemik yang lebih efektif,” katanya.

LPD merupakan gabungan relaksasi dan zikir dengan fokus latihan pernapasan dan kata yang terkandung dalam zikir. Tekniknya, peserta hanya perlu bernapas dan menahan dalam perut. Ketika menahan napas 10-20 detik, pasien berzikir dalam hati. Setelah itu, napas dikeluarkan lewat mulut sembari membayangkan keluarnya racun dalam tubuh dan lepasnya kepedihan.

LPD merupakan pengobatan komplementer, sama seperti obat herbal, meditasi, yoga, taichi, dan hipnoterapi. Dibandingkan model pengobatan komplementer lain, LPD dinilai lebih dekat dengan kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

LPD sudah diterapkan pada sejumlah pasien dengan penyakit diabetes melitus, HIV/AIDS, penyakit paru obstruktif kronis dan gagal ginjal. Hasilnya, gejala depresi pasien teratasi. ”Dampak ke penyakitnya belum maksimal. Bisa jadi karena contohnya sedikit atau waktu pelaksanaan LPD kurang,” katanya.

Pemenang lain adalah tim dokter anggota Papdi Jakarta yang meneliti faktor penyebab kekambuhan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada jemaah haji. Penelitian dipimpin Anna Uyainah ZN, pengajar di Divisi Pulmonologi FK Universitas Indonesia.

PPOK merupakan penyakit keenam terbanyak yang diderita jemaah haji Indonesia dan penyebab kematian terbesar ketiga pada jemaah haji.

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan panduan dan penanganan jemaah penderita PPOK sehingga mereka bisa melaksanakan ibadah dengan baik. Padatnya aktivitas selama ibadah haji dan pertemuan 2,8 juta anggota jemaah dari seluruh dunia membuat penderita PPOK mudah mengalami kekambuhan dan perburukan penyakit. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com