Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Perikanan dan Identitas Benua Maritim

Kompas.com - 16/04/2012, 02:02 WIB

Kasus udang yang dipersulit masuk Amerika Serikat karena mengganggu kehidupan penyu hijau sempat memengaruhi kinerja sektor perikanan. Kontroversi manajemen perikanan budidaya udang skala besar di Lampung yang melibatkan konglomerat besar dan bermasalah juga sempat menekan pertumbuhan perikanan sampai 4 persen.

Pada saat krisis ekonomi 2008 pun, kinerja sektor perikanan tetap stabil di atas 5 persen per tahun karena secara hakikat sektor ini memang cukup tangguh dan strategis. Produksi perikanan tangkap tahun 2010 mencapai 5,4 juta ton. Naik 7,87 persen dari produksi 5,0 juta ton tahun 2009.

Capaian total produksi masih berkisar 10 juta ton karena produksi perikanan budidaya masih sedikit di bawah 5 juta ton. Permasalahan teknis budidaya, sosial-ekonomis, dan lingkungan hidup di sektor ini tidak dapat dipecahkan secara baik segera.

Beberapa jalan keluar yang harus segera diambil untuk memajukan ekonomi perikanan dan kehidupan nelayan adalah sebagai berikut.

Pertama, segera identifikasi dan tentukan prioritas memetakan potensi perikanan budidaya yang mencapai 8,3 juta hektar untuk budidaya laut, 2,2 juta hektar untuk budidaya air tawar, serta 1,3 juta hektar untuk budidaya air umum, payau, dan lainnya. Pemerintah pusat memberikan panduan/direktif umum bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang perlu mengembangkan potensi itu sesuai kapasitasnya.

Kedua, reformasi birokrasi, perbaikan kelembagaan, dan peningkatan kapasitas administrasi pemerintahan harus sampai ke tingkat daerah. Para abdi negara dituntut untuk mampu dan peduli terhadap kondisi lapangan, seperti kecukupan dan kualitas pakan, teknik budidaya, dukungan permodalan dan pembiayaan, bukan sekadar mendata untuk kepentingan proyek.

Ketiga, tindak lanjut nota kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia serta Menteri Kelautan dan Perikanan dalam urusan permodalan sektor perikanan. Misalnya, komitmen perbankan dalam Program Wira Usaha Bahari melalui kredit usaha rakyat perlu lebih fleksibel di lapangan. Petugas bank dituntut untuk lebih paham karakter sosial-ekonomi nelayan, yang sebenarnya tangguh tersebut. Di sinilah urgensinya petugas pendamping perikanan.

Keempat, bantuan permodalan khusus untuk kapal nelayan dan sarana tangkap paling tidak mencapai bobot mati 10 ton ke atas agar kapasitas tangkap naik signifikan. Nelayan bisa melaut lebih jauh, ke zona ekonomi eksklusif dan perairan internasional.

Terakhir, di tingkat paling strategis, perubahan visi dan budaya para pemimpin, untuk melihat lautan atau dunia maritim sebagai sumber kemakmuran dan penghubung, bukan sebagai pemisah, gugusan kepulauan yang tersebar di Nusantara.

Bustanul Arifin Guru Besar Unila dan Ekonom Senior Indef, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com