Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UN yang "Menyedihkan"

Kompas.com - 17/04/2012, 09:26 WIB

UN, misalnya, secara yuridis sudah dibatalkan Mahkamah Agung. Tuntutan itu memang dilayangkan lebih dari enam tahun yang lalu dan dalam perjalanan telah terjadi perubahan yang signifikan. Namun, pembatalan itu (minimal untuk sementara waktu) perlu ditaati. Di sini kita pun paham, teguran dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kepada Kementerian Pendidikan, Selasa (10/4/2012), bisa saja membuat siswa gelisah dan sedih. Mereka ”ditakdirkan” mengikuti UN yang notabene sudah dibatalkan.

Ada hal lain yang lebih fundamental. Secara pedagogis-edukatif, ujian—bersama dua komponen lainnya: pemahaman konseptual dan penerapan metodologi pengajaran—merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah proses pendidikan. Sekolah bertanggung jawab memungkinkan agar para pengajarnya memiliki pemahaman konseptual yang tepat dan punya metode pengajaran kreatif yang memampukan siswa memahami materi secara tepat. Pada akhirnya, sekolah juga yang menguji demi mengetahui kadar penyerapan materi yang sudah diajarkan.

Tentu kita harus realistis. Agar setiap sekolah tak jadi pulau sendiri di tengah lautan pendidikan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran mesti lebih diberi otonomi dan diberdayakan. Di sana para guru pada gugus tertentu sepakat mempertajam pemahaman konsep, berbagi metode pembelajaran, dan pada akhirnya dapat menyusun bersama ujian yang bisa diterapkan di gugusnya.

Sudah pasti kerja seperti ini meletihkan. Pemerintah pusat perlu beralih dari UN yang dilaksanakan secara ”pukul rata”. Mereka harus bergerilya dari daerah ke daerah, memantau apakah semua standar pendidikan sudah dipenuhi sebagai jaminan pasti akan menuai hasil pada ujian yang notabene diselenggarakan sendiri oleh sekolah.

Peran seperti ini juga tentu jauh untuk disebut sebagai proyek yang menelan biaya tak sedikit, seperti yang didapat dari pelaksanaan UN. Namun, yang pasti, ujian semacam ini akan bersih dari aneka kongkalikong; hal yang sudah jadi rahasia umum dalam UN. Di sini, instansi vertikal tak lagi melakukan manipulasi berjemaah untuk meluluskan sebanyak mungkin siswa karena di sanalah kredibilitas murahan tercipta. Jika kekeliruan ini dipahami, ujian yang dilaksanakan di setiap sekolah atau gugus akan jadi momen menggembirakan dan bukan menyedihkan.

ROBERT BALA Alumnus Universidad Pontificia de Salamanca Spanyol; Guru Bahasa Spanyol pada Lembaga Bahasa Trisakti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com