Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MEMETAKAN MASA DEPAN DENGAN SAINS

Kompas.com - 29/04/2012, 02:39 WIB

Bulan dan Mars akan permanen jadi pangkalan. Eksplorasi berikut pun mudah saat roket bertenaga antimateri mulai digunakan. Wisata ruang angkasa bakal ramai ketika elevator angkasa menjadi kenyataan di akhir abad. Star Trek tidak lagi cuma fiksi ilmiah abad ke-23, tetapi realitas abad ke-21. Kelak, bahkan seantero Bimasakti menjadi garapan kita.

Di Bumi, kisah kemacetan kota-kota metropolitan tinggal kenangan lucu ketika jalan-jalan aspal berganti dengan rel-rel magnetik. Kereta api maglev akan menghubungkan kota-kota besar, tetapi di dalam kota mobil-mobil maglev yang berlalu lalang.

Subuh peradaban planeter

Fisikawan Rusia, Nikolai Kardashev (1964), membagi peradaban di alam semesta ini berdasarkan jumlah energi yang digunakan. Hingga saat ini dunia baru menggunakan 14 triliun watt energi dan bisa ditingkatkan hingga 100.000 kali. Itulah energi maksimum planet ini. Jadi, kita sedang menuju peradaban tipe-1: planeter. Bumi masih berperadaban tipe-0—menurut Carl Sagan di posisi 0,7—karena hampir seluruh energi yang 14 juta megawatt di atas berasal dari fosil belaka yang tertimbun di kerak planet ini.

Bila mumpuni menggunakan seluruh energi planeter, dunia akan beranjak menggunakan energi bintang induknya: Matahari. Inilah peradaban tipe-2: stellar, yang dengan seluruh energinya, sebesar 4 x 1.026 watt, kita bisa mengontrol seluruh tata surya hingga ke tepian Pluto sana. Jika semuanya lancar—sekitar 10.000 tahun lagi—kita akan berperadaban tipe-3: galaktik, saat kita semakin mumpuni menggunakan seluruh energi Bimasakti sebesar 4 x 1.037 watt.

Jadi, kemajuan kita dalam peradaban planeter ke depan ditandai dengan semakin kolosalnya energi yang kita gunakan: dipanen dari perut Bumi, samudra, atmosfer, dan inti hidrogen.

Menurut Kaku, semua masalah dunia bisa disederhanakan menjadi satu: kurangnya energi. Bila energi cukup, semua sampah bisa diolah jadi pupuk dan semua materi bisa dibuat. Hanya satu masalah yang tak terpecahkan dengan energi sebesar apa pun: kelembaman manusia. Sementara sains, teknologi, ekonomi umat manusia tumbuh eksponensial, kearifan dan keluhuran pekertinya nyaris linier dalam 100.000 tahun ini, sejak leluhurnya meninggalkan Afrika.

Peradaban kita rawan dibajak oleh naluri primitif Homo sapiens: egoisme, barbarisme, rasisme, dan fundamentalisme. Semangat primordial ini menghambat kita naik kelas ke peradaban tipe-1 dan potensial memusnahkan peradaban tipe-0 ini, yang kita bangun dengan susah payah.

Jansen Sinamo Sarjana Fisika ITB Lulusan 1984, Kini Menekuni Etos Kerja Profesional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com