Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bersekolah Hanya Sekadar Mimpi...

Kompas.com - 02/05/2012, 05:56 WIB
Riana Afifah

Penulis

Ibu Fachry, Marhaeni, yang sedang menggendong cucunya menyambut kedatangan Kompas.com dan menuturkan bahwa saat ini Fachry merupakan tulang punggung keluarga, mengingat dirinya dan suaminya sudah tidak bekerja. Marhaeni kini meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang cuci karena harus mengasuh cucunya yang masih bayi lantaran anak dan menantunya bekerja.

"Anak saya ada delapan. Tapi kakak-kakaknya Fachry ya sudah urus keluarganya sendiri juga. Jadi sekarang Fachry yang jadi harapan. Sekarang kan nggak pake seragam kayak dulu lagi, penghasilannya juga ikut kurang. Tapi ya sudah, namanya juga rezeki kan," ujar Marhaeni sambil menidurkan cucunya.

Ia pun bercerita bahwa adik Fachry yang merupakan anak bungsunya kini masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Kendati demikian, si bungsu juga tidak mau tinggal diam. Tiap hari Minggu, si bungsu akan ikut Fachry ke ITC Mangga Dua untuk membantu mengangkat barang.

Kebutuhan keluarganya tidak hanya sebatas makan dan membayar uang sewa rumah saja. Bahkan untuk mandi, cuci baju dan buang air besar/kecil pun harus membayar, mengingat warga di areal rumah petak tersebut harus berbagi air di kamar mandi umum. Begitu juga untuk biaya listrik, tiap pintu harus menyisihkan uang Rp 20.000 per bulannya.

Tidak hanya itu, rumah petak ini pun tidak akan selamanya menjadi tempat tinggal mereka karena sewaktu-waktu dapat digusur oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memang meminjamkan lahannya untuk sementara. Dengan kehidupan seperti itu, Fachry lebih memilih untuk mengais rezeki daripada meraih mimpinya dengan tetap bersekolah.

Sosok Fachry ini hanya sebagian kecil gambaran pekerja anak yang tak bisa menikmati dunia pendidikan dan membutuhkan perhatian besar dari pemerintah, karena entah ada berapa Fachry bertebaran di Jakarta saat ini.

Semestinya Hari Pendidikan Nasional yang jatuh bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara tidak hanya sekadar diperingati, tetapi diwujudkan dengan mengembalikan mimpi si papa untuk tetap bersekolah dan merenda mimpi untuk masa depan. Karena yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara kala itu adalah mendirikan perguruan Taman Siswa untuk kaum pribumi jelata, agar bisa mendapat hak pendidikan seperti para bangsawan dan orang-orang Belanda.

Di akhir perjumpaan dengan sosok tangguh yang menjadi tulang punggung keluarganya ini, Fachry mengungkapkan harapannya. "Aku masih pengin sekolah, kak," ungkap Fachry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com