Akan tetapi, tren masyarakat dan dunia kerja yang menekankan pencapaian akademis membuat persekolahan yang bertumpu pada ekonomi pasar secara tidak langsung berperan memperuncing ketidaksetaraan ekonomi-sosial yang ada. Meminjam rumusan Pierre Bourdieu, anak dari keluarga kaya punya tendensi untuk bertahan di piramida sosial atas karena mereka ditunjang budaya keluarga yang sejalan dengan budaya dominan: materi dan jaringan yang tidak dimiliki anak yang terlahir di keluarga miskin.
Walaupun keempat hal di atas masih menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan Indonesia, bukan berarti hal tersebut tidak dapat dibenahi. Bantuan pendidikan, seperti bantuan operasional sekolah dan anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen dari total APBN/APBD, adalah awal yang baik.
Momen refleksi
Namun, tanpa arah yang jelas, komitmen dan konsistensi dalam penerapannya dari semua pihak, masalah yang dipaparkan di atas tak akan pernah terselesaikan. Pendidikan multikultural yang bertujuan memberikan pendidikan bermutu bagi setiap anak—tanpa melihat latar belakang sosial dan ekonomi—yang berlandaskan pada nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan bisa menjadi solusi yang cocok bagi negara multikultur ini.
Sebagai salah satu generasi muda bangsa, saya berharap pemerintah beserta para pemangku kepentingan pendidikan dapat menggunakan momen Hari Pendidikan Nasional kali ini untuk refleksi diri akan kinerja mereka. Evaluasi yang konstruktif juga perlu dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan yang sistematis. Dengan begitu, impian Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia akan keberhasilannya dalam mencetak generasi muda yang bermutu dan berkarakter baik dapat tercapai.
Tracey Yani Harjatanaya Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.