Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

300 Sekolah Perguruan Tamansiswa Mati Suri

Kompas.com - 02/05/2012, 21:04 WIB
Lusiana Indriasari

Penulis

"Hampir 40 persen murid di Tamansiswa berasal dari golongan tidak mampu," kata Sunarno.

Meskipun kondisinya makin kritis, masih banyak guru yang mencoba mempertahankan keberadaan Perguruan Tamansiswa.

Sri Edi Swasono yang sekarang menjadi Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa, mengatakan, pengabdian para guru di Tamansiswa patut diacungi jempol.

"Gaji guru di Perguruan Tamansiswa tidak besar, namun mereka tetap bertahan demi menularkan prinsip yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara kepada murid," kata Edi Swasono.

Ia menggambarkan gaji guru di sebuah sekolah Tamansiswa yang hanya Rp 10.000 per hari dengan jumlah jam mengajar 4 jam per hari. Dalam satu bulan, guru tersebut hanya mendapatkan Rp 250.000 per bulan.

"Jumlah itu jauh lebih kecil dari gaji pembantu rumah tangga," kata Edi Swasono.

Edi yang menjadi penasihat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, berupaya untuk mengangkat kembali Tamansiswa agar mampu bersaing dengan sekolah lain.

Menurut Edi, pemerintah seharusnya lebih mengembangkan sekolah berbasis lokal seperti Tamansiswa, bukan malah mengubah sekolah-sekolah di Indonesia dengan kurikulum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Tantangan yang dihadapi Tamansiswa sekarang adalah mengenalkan kembali sekolah tersebut kepada masyarakat. Nama Tamansiswa kini semakin surut di tengah maraknya beragam sekolah swasta berkualitas dan sekolah asing, yang masuk ke Indonesia.

Caranya adalah dengan beradaptasi sesuai perkembangan zaman, tanpa meninggalkan ideolog untuk mendidik semua anak bangsa. "Orang-orang Tamansiswa sekarang harus mulai sadar lingkungan, bergaul dengan lingkungannya kembali agar dikenal masyarakat," kata Edi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com