JAKARTA, KOMPAS.com - Humas Forum Lingkar Pena (FLP) Pusat, Yons Achmad, mengatakan ada kesalahpahaman terhadap konten "porno" di sejumlah buku sekolah. Menurutnya, kehebohan yang terjadi lebih disebabkan karena kesalahan target pembaca.
Menurut Achmad, semua tudingan banyak pihak tidak memiliki dasar. "Jika dibaca dengan seksama, tidak ada muatan pornografi di dalamnya," katanya saat ditemui di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Penjelasan Achmad itu diungkapkan menanggapi maraknya pemberitaan mengenai buku-buku sekolah bermuatan pornografi dan mengandung unsur kekerasan. Judul-judul buku tersebut antara lain; Ada Duka di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Tambelo: Kembalinya Si Burung Camar, Tambelo: Meniti Hari di Ottawa, Syahid Samurai, Festival Syahadah, dan Sabuk Kiai.
"Beberapa buku itu ditulis oleh anggota FLP. Dalam menulis kami tidak pernah membawa mudharat, dan kami selalu berada di garda terdepan menolak segala bentuk pornografi," tukasnya.
Ia menegaskan, semua buku tersebut telah lolos penilaian dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puskurbuk Kemdikbud). Jika kemudian berakhir dengan menuai banyak kontroversi, ia memastikan itu terjadi karena ada kesalahan pada saat pendistribusian.
"Kami akui itu buku untuk remaja. Tapi semua sudah lolos penilaian Puskurbuk. Jika diedarkan di perpustakaan SD, tentu diluar tanggungjawab kami," pungkasnya.
Seperti diberitakan, Kemdikbud secara tegas telah memberikan instruksi untuk menarik semua buku teks dan non teks pelajaran yang mengandung nilai pornografi, kekerasan, dan SARA di dalamnya. Untuk buku-buku yang sifatnya muatan lokal dan pengayaan, Kemdikbud enggan bertanggungjawab karena urusan itu merupakan wewenang pemerintah daerah dan pihak sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.