Sumur serapan
Yanuar (23) termasuk warga yang masih beruntung. Sumur di rumahnya masih mengalirkan sedikit air, tidak seperti milik tetangganya yang kering kerontang. Seusai mengisi air satu bak, ia harus menunggu satu jam hingga air kembali mengalir. Akhirnya, beberapa tetangganya juga meminta air.
”Kami beruntung karena ada dua sumur resapan di depan rumah. Mungkin ini yang membuat sumur di rumah kami masih mengeluarkan air. Dulu pernah dapat bantuan sumur serapan, tapi lupa dari mana,” kata Yanuar.
Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di aliran utama Sungai Ciliwung maupun saluran irigasi Ciliwung. Menurut Endin, penjaga Bendung Katulampa, ketinggian air di saluran utama Sungai Ciliwung hanya sekitar 10 sentimeter, sedangkan di saluran irigasi hanya sekitar 30 sentimeter.
”Kalau kering sama sekali untuk irigasi belum pernah, tetapi biasanya bertahan di 40-50 sentimeter,” kata Endin.
Tangkapan air rusak
Hapsoro, Koordinator Komunitas Peduli Ciliwung Kota Bogor, menduga sumur-sumur kering itu disebabkan semakin rusaknya daerah tangkapan air di sekitar aliran Ciliwung, yakni di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, maupun di daerah Hambalang di Babakan Madang. Lahan-lahan terbuka yang seharusnya bisa menyerap air ke dalam tanah beralih menjadi bangunan-bangunan.
”Akhirnya serapan air di daerah tangkapan dari hutan hanya cukup untuk aliran Ciliwung saja, tidak lagi mencukupi untuk mengisi sumur dan sumber air di daerah tengah dan hilir,” tutur Hapsoro.
(Antony Lee)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.