Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paskibraka, Tak Sekadar Baris-Berbaris

Kompas.com - 10/08/2012, 09:40 WIB
Soelastri Soekirno

Penulis

”Latihan (Paskibraka) bikin kulitku makin hitam, ha-ha-ha,” ujar Dita. Maklum, latihan Paskibraka selalu diadakan di lapangan terbuka saat matahari tengah bersinar terik. Pelaksanaan upacara biasanya juga pada siang hari.

Namun, siswa yang telanjur menyukai Paskibraka pasti tak mau meninggalkan latihan itu. Lalu, apa yang mereka cari dari ”baris-berbaris” ini?

”Aku ingin menjadi petugas upacara yang kebagian membawa bendera Merah Putih atau yang mengibarkannya,” ujar Annis.

Menurut dia, mengibarkan bendera membuat ia merasa makin menghargai kemerdekaan bangsa Indonesia. ”Sewaktu memegang Merah Putih, aku membayangkan betapa susah pejuang kita saat mau mengibarkannya. Ini membuat aku lebih menghargai jasa para pahlawan,” katanya.

Setelah ikut seleksi, Annis menjadi salah satu anggota Paskibraka di kotanya. Ia, tim pelajar SMA lain, dan anggota TNI-Polri akan menjadi petugas upacara pada peringatan HUT Ke-67 RI di Alun-alun Kota Madiun pada 17 Agustus nanti.

Dita dan Ratih yang kebagian menjadi petugas upacara di sekolah masing-masing pada 17 Agustus merasa bangga menjadi pengibar bendera. ”Banggalah, kan, enggak semua orang mau dan mampu menjadi petugas upacara, apalagi bagian pengibar bendera,” kata Dita.

Kekompakan menjadi ciri anggota Paskibraka, tidak hanya kompak antara senior dan yunior, tetapi juga antara anggota aktif dan alumni. Oleh karena itu, di beberapa sekolah, kegiatan Paskibraka tak memerlukan pelatih khusus. Di sini anggota senior atau alumni yang melatih adik kelasnya.

Saat mereka ikut lomba, alumni pun menjadi pendukungnya. Mungkin karena itulah, di sekolah justru jarang ada faktor kekerasan dalam Paskibraka.

”Kalau ada di antara kami yang salah langkah dalam berbaris, tanpa disuruh pun kami push up minimal tiga kali,” ujar Ratih.

Secara umum mereka mengaku mendapat manfaat dari Paskibraka, antara lain lebih disiplin, kompak, dan fokus pada apa yang harus dikerjakan.

”Tiga faktor itu harus kami lakukan saat berlatih dan bertugas,” kata Ratih. Dampak lanjutannya, ia merasa malu bila terlambat ke sekolah. ”Masak anak Paskibraka telat, sih. Ini enggak sesuai ciri kegiatan kami yang penuh disiplin,” katanya.

Tak hanya siswa yang mendapat manfaat, orangtua pun senang anaknya ikut Paskibraka. ”Dua anak saya ikut Paskibraka. Mereka menjadi lebih disiplin, percaya diri, dan sayang kepada teman. Karena itulah yang diajarkan di Paskibraka,” ujar Sudjadi, guru Bahasa Indonesia SMAN 2 Madiun yang membina Paskibraka di sekolah itu. (SOELASTRI SOEKIRNO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com